TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

33 Tahun Tragedi Bintaro, Kecelakaan Kereta Api Terbesar di Indonesia

Seratus lebih korban tewas dan ratusan lainnya luka-luka

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Jakarta, IDN Times - Dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia, salah satu peristiwa yang banyak diingat orang adalah kecelakaan maut yang disebut sebagai tragedi Bintaro. Peristiwa ini terjadi tepat pada 19 Oktober 1987.

Tragedi ini menjadi salah satu yang sulit dilupakan karena menewaskan 139 orang dan 254 lainnya luka-luka. Kereta Api (KA) 225 dari Rangkasbitung, Banten, jurusan Jakarta bertabrakan dengan KA 220 dari Jakarta di jalur Jakarta-Serpong, tepatnya di sekitar Pondok Betung, Jakarta Selatan.

Hari ini tepat peristiwa itu terjadi 33 tahun yang lalu. Dikutip dari Tempo Publishing berjudul Sejarah Kelam Kereta Api: Dua Kecelakaan Kereta di Bintaro, kejadian tersebut menggetarkan mata warga sekitar Desa Pondok Betung, Jakarta Selatan, 4 kilometer dari Stasiun Kebayoran Lama pukul 07.05 WIB.

Baca Juga: Hari Kereta Api Nasional, Begini Sejarah Panjang PT KAI di Indonesia

1. Dua kereta masing-masing mengangkut 700 dan 500 penumpang

Stasiun Gambir (IDN Times/Dian Ayu Gustanty)

Setelah dua kereta api beradu kepala, warga sekitar ramai mencari alat apa pun untuk menolong korban kecelakaan terbesar di sepanjang sejarah perkeretaapian Indonesia tersebut.

Kala itu, KA 225 dari Rangkasbitung membawa 700 penumpang. Beradu dengan KA 220 yang membawa 500 penumpang dari Stasiun Tanah Abang.

Data ini bersumber dari Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Jumlah itu belum termasuk penumpang gelap yang bergelantungan di badan kereta.

2. Banyak pedagang kecil dan anak sekolah dalam kereta tersebut

Jalur kereta api (IDN Times/Dwi Agustiar)

Dalam catatan Tempo Publishing, seorang pedagang lontong bernama Wartini (32) berkata, biasanya kereta api dari Rangkasbitung rehat sejenak di Stasiun Sudimara, namun pada Senin saat petaka itu terjadi, kereta justru terus melaju.

"Saya heran kali ini kok dia (kereta api) jalan terus," kenang Wartini.

Kala itu, penumpang kereta dari Rangkasbitung yang berangkat pukul 05.00 WIB mayoritas adalah pedagang kecil dan anak sekolah.

Kerasnya tabrakan head-to-head  diduga karena ada kelalaian dari petugas Stasiun Sudimara, yang memberi sinyal aman untuk kereta Rangkasbitung.

Baca Juga: 49 Kecelakaan di Jalur KA Pantura, Enam Tewas, Delapan Luka Berat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya