TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ada 3.324 Anak di Indonesia Berstatus PDP COVID-19, Ratusan Meninggal

129 anak berstatus PDP dan 14 anak positif corona meninggal

Ilustrasi bayi. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww

Jakarta, IDN Times - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap sebanyak 3.324 anak berstatus pasien dalam pengawasan (PDP), 129 di antaranya meninggal dunia dengan status PDP COVID-19.

"Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaksanakan upaya deteksi kasus pada anak secara mandiri dan mendapatkan data bahwa hingga tanggal 18 Mei 2020 diketahui jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 3.324 anak, 129 anak berstatus PDP meninggal, 584 anak terkonfirmasi positif COVID-19, dan 14 anak meninggal akibat COVID-19," kata Ketua Umum IDAI, Dokter Aman B Pulungan, melalui keterangan resmi, Sabtu (23/5).

Baca Juga: 27 Tenaga Medis RSUD Depok Kena Corona, Diduga Akibat Pasien Tak Jujur

1. Harus ada keputusan dan tindakan bagi kesehatan anak

ilustrasi petugas Puskesmas saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

Aman mengatakan bahwa angka tersebut menunjukkan bahwa kasus COVID-19 di Indonesia bagi anak terbilang cukup tinggi. Dia juga mengatakan, dengan adanya data dan jumlah anak yang terkonfirmasi virus corona, artinya tidak benar kelompok usia anak kebal pada virus corona.

"Maka IDAI memandang perlu untuk mendesak pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan berdasarkan kepentingan terbaik kesehatan dan kesejahteraan anak," ujar dia.

2. Protokol kesehatan harus diperketat

IDN Times/Lia Hutasoit

IDAI menyarankan agar upaya pencegahan COVID-19 pada anak bisa sesuai dengan tatanan kehidupan normal baru (new normal).

"Protokol kesehatan harus dilakukan dengan ketat," kata dia.

Maksudnya adalah dengan penentuan status infeksi dengan menggunakan pemeriksaan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), penelusuran kontak (contact tracing), tindakan karantina dan isolasi. Karena menurut IDAI pembatasan fisik belum berlangsung optimal, sehingga harus terus dilakukan peningkatan.

Baca Juga: Pasien Sembuh COVID-19 yang Sakit Lagi Ada Risiko Kecil Tularkan Virus

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya