TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fenomena Spirit Doll dari Perspektif Psikologi: Indikasi Kesepian 

Tak bisa dikaitkan dengan kelainan mental

Koleksi boneka dari Verakey yang selesai diperbaiki. IDN Times/Daruwaskita

Jakarta, IDN Times - Tren adopsi spirit doll atau boneka arwah tengah menjamur di Indonesia. Apalagi banyak para pesohor yang memilih mengadopsi boneka arwah dan diperlakukan layaknya anak sungguhan, yakni diberikan pakaian serta aksesoris.

Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Cahyaning Suryaningrum, mengungkapkan manusia adalah makhluk sosial yang punya kebutuhan psikologis tertentu berkaitan dengan relasinya bersama orang lain.

Mereka yang mengadopsi boneka arwah, kata Cahyaning, mungkin saja kesepian, tak punya teman untuk bercerita atau punya kebutuhan menyalurkan kasih sayang, tetapi tak bisa terpenuhi karena hambatan tertentu.

Contohnya keinginan memiliki anak. Jika semua kebutuhan psikologis terpenuhi, maka seseorang biasanya tak akan mencari benda mati sebagai pengganti.

“Kemungkinan, mereka tidak dapat menjalin kedekatan yang memuaskan dengan orang lain, keterampilan sosial rendah, ataupun tidak memiliki rasa percaya pada orang untuk menceritakan isi hatinya. Bisa juga karena adanya keinginan untuk menyalurkan rasa kasih sayang dan merawat orang lain namun tidak terpenuhi. Hal-hal itulah yang mendorong beberapa orang mencari alternatif lain sebagai pengganti teman yaitu spirit doll,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (7/1/2022).

Baca Juga: Mahalnya Spirit Doll, Boneka yang Lagi Tren Diadopsi Para Artis

1. Tak bisa dikatakan punya kelainan mental

Dari jasa perbaikan boneka, Vera Key sukses menjadi pengusaha. IDN Times/Daruwaskita

Cahyaning melihat fenomena adopsi boneka arwah ini mirip dengan orang yang memilih memelihara dan menjalin kelekatan dengan hewan peliharaan. Hanya saja objek yang dipilih berbeda. 

Dia juga melihat hal ini tidak bisa dikatakan mengalami kelainan mental sepanjang fungsi-fungsi psikologisnya masih berjalan normal. Begitupun dengan proses pikir yang masih koheren dan tidak mengganggu perannya dalam menjalani kehidupan.

2. Diagnosis kondisi mental banyak faktornya

ilustrasi check-up kesehatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam mendiagnosis apakah seseorang memiliki masalah mental, perlu melihat banyak faktor, termasuk mengamati gejala-gejala yang tidak normal. Tidak hanya seberapa banyak jumlah gejala, namun juga melihat intensitas dari gejala-gejala tersebut.

“Mungkin ada yang sekadar ikut-ikutan. Tren spirit doll juga bisa menjadi pemenuhan kebutuhan psikologis yang tidak dapat dipenuhi karena adanya hambatan tertentu. Sesekali bercerita pada boneka arwah mengenai beban hidup boleh-boleh saja. Namun yang terpenting adalah bagaimana mengatasi hambatan-hambatan psikologis itu. Sehingga dapat menyalurkan kebutuhan psikologis dengan cara yang lazim,” ujarnya.

Baca Juga: 7 Fakta dan Sejarah Boneka Arwah atau Spirit Doll, Lagi Viral!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya