TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kelamnya Pemerkosaan di Glodok 1998 yang Menimpa Perempuan Tionghoa

Perempuan diseret dengan keadaan compang-camping

Ilustrasi Kerusuhan Mei 1998. (IDN Times/Capture Buku Politik Huru Hara Mei 1998)

Jakarta, IDN Times - Tim Relawan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan Ita Fatia Nadia menceritakan kisah pemerkosaan yang terjadi di tragedi Mei 1998  yang dihadapinya. Dalam diskusi yang digelar oleh FEH Universitas Ciputra, yang bertajuk Melawan Kekerasan Seksual (Mengenang Tragedi Mei'98), Ita menceritakan bagaimana para perempuan Tionghoa di Glodok kala itu mendapat kekerasan seksual di jalanan saat kerusuhan terjadi.

Dia menjelaskan, sekitar tanggal 12 dan 13 Mei terjadi pemerkosaan di beberapa titik mulai dari Jembatan Tiga, Jembatan Lima, Glodok, hingga Pluit.

“Tanggal 13 Mei itu saya datang sendiri naik ojek dari kantor Kalyana Mitra, ketika itu saya menjadi ketua Kalyana Mitra saya bonceng ojek karena kita tidak ada kendaraan karena suasananya sudah kisruh, banyak penjarahan,” kata dia, dikutip Rabu (18/5/2022).

Baca Juga: Kisah Relawan yang Cabut Namanya Dari Laporan TGPF Mei 1998

1. Para perempuan diseret dengan keadaan compang-camping

Tim Relawan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan Ita Fatia Nadia dalam diskusi yang digelar oleh Fakultas Hukum Universitas Ciputra yang bertajuk Melawan Kekerasan Seksual (Mengenang Tragedi Mei'98) (YouTube/ FEH UC)

Ita mendapatkan telepon bahwa di Glodok terjadi penganiayaan pada perempuan-perempuan Tionghoa di sana. Ketika itu, Ita bersama dua temannya datang pada sore hari, sampai di jembatan Glodok --di depan Harco-- ada sejumlah perempuan Tionghoa yang diseret tubuhnya oleh para laki-laki.

“Compang-camping tubuhnya menjadi objek kekerasan, pelecehan seksual, dan ketika itu saya tidak tahu apa-apa,” ujarnya.

Baca Juga: Rindu Tak Berujung Lasmiati pada si Sulung, Korban Trisakti 1998

2. Amankan sejumlah ibu-ibu dan gadis ke sebuah Hotel

Refleksi 21 Tahun Tragedi Mei 1998. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Akhirnya entah mendapat keberanian dari mana, Ita dan dua temannya berani melerai dan menyelamatkan beberapa ibu-ibu dan gadis Tionghoa ke sebuah hotel di depan Glodok.

“Saya mengatakan, stop-stop, saya coba melerai,” katanya.

Ini jadi peristiwa pelecehan pertama yang ditangani Ita dalam tragedi Mei 1998.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya