TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenalan Yuk dengan 6 Tokoh yang Diangkat Jadi Pahlawan Nasional!

Ada dokter, mantan menteri, hingga jurnalis perempuan!

Presiden Joko Widodo (paling kiri) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kedua dari kiri) bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja melihat potret K.H. Masjkur setelah upacara pemberian gelar pada enam sosok Pahlawan Nasional baru Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11/2019). (Dok. Setpres Biro Pers Kepresidenan)

Jakarta, IDN Times - Pada 8 November 2019, Presiden Joko "Jokowi" Widodo memberikan anugerah gelar Pahlawan Nasional kepada 6 tokoh bangsa Indonesia. Mereka dianggap berjasa dan memiliki andil membangun bangsa serta negara.

Untuk diketahui sebelumnya, Keputusan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional itu termaktub dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK Tahun 2019 tanggal 7 November 2019.

Berikut adalah keenam tokoh yang diberi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Jokowi.

Baca Juga: Keren, 6 Pahlawan Indonesia Ini Jadi Nama Jalan di Luar Negeri!

1. Alexander Andries (AA) Maramis

Alexander Andries AA Maramis (Dok. Kemenkeu.go.id)

Alexander Andries Maramis atau AA Maramis adalah pria kelahiran di Manado, Sulawesi Utara, 20 Juni 1897 dan meninggal di Jakarta, 31 Juli 1977 di usia 80 tahun. Dia adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang pernah menjadi anggota BPUPKI dan KNIP bersama Kahar Mudzakkir serta KH Masjkur.

Dia juga sempat mengemban jabatan sebagai Menteri Keuangan kedua pada 26 September 1945 – 14 November 1945 dan digantikan oleh Soenarjo Kolopaking dan kembali menjabat di beberapa periode berikutnya.

Dia juga menjadi orang yang menandatangani Oeang Republik Indonesia (ORI) pertama.

Maramis sempat menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia dengan masa jabatan sejak 19 Desember 1948–13 Juli 1949 serta beberapa kali mengemban jabatan sebagai Duta Besar Indonesia.

2. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin beri gelar enam pahlawan nasional (Dok/Setpres Biro Pers Kepresidenan)

Abdul Kahar Mudzakkir merupakan salah seorang tokoh Muslim yang memiliki jasa ketika Sekolah Tinggi Islam (STI) yang bertransformasi menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) mulai didirikan dan dikembangkan.

Dia menjabat sebagai sebagai rektor selama dua periode, yakni 1945—1948 dan 1948—1960. Dia lahir pada 16 April 1907 di Gading, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta dan meninggal dunia pada 2 Desember 1973 di umur 66 tahun.

K.H. Kahar Mudzakki juga jadi bagian dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), lho.

Baca Juga: Harus Diingat! 5 Pahlawan Perempuan Ini Pernah Ada di Uang Rupiah

3. K.H Masjkur

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin beri gelar enam pahlawan nasional (Dok/Setpres Biro Pers Kepresidenan)

KH Masjkur adalah mantan Menteri Agama Indonesia tahun 1947-1949 dan tahun 1953-1955. Dia adalah pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 30 Desember 1904. Masjkur tercatat pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI tahun 1956-1971 serta anggota Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1968.

Dia juga terlibat dalam perjuangan di zaman pendudukan Jepang, di mana beliau kala itu tergabung sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan pendiri Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian menjadi unsur laskar rakyat serta TNI di seluruh Jawa. Namanya sempat muncul sebagai pemimpin Barisan Sabilillah pada pertempuran 10 November 1945.

4. Prof. Dr. M. Sardjito

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin beri gelar enam pahlawan nasional (Dok/Setpres Biro Pers Kepresidenan)

Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. lahir di Magetan, Jawa Timur, 13 Agustus 1889 dan meninggal di Yogyakarta, 5 Mei 1970 pada umur 80 tahun. Dia adalah dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pada masa perang kemerdekaan, ia ikut juga turut serta dalam proses pemindahan Institut Pasteur di Bandung ke Klaten. Dia sempat menjadi Presiden Universiteit yang kini disebut UGM. Dia juga adalah rektor ketiga Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Sardjito adalah seorang dokter lulusan STOVIA yakni sekolah kedokteran di zaman kolonial Belanda pada tahun 1915. Ayahnya berprofesi sebagai guru dan hal itulah yang membuatnya peduli pada bidang pendidikan.

Di masa perjuangan merebut kemerdekaan, Sardjito berjasa dengan mengobati para pejuang kemerdekaan dengan menyediakan obat serta vitamin bagi prajurit. Dia juga membangun pos kesehatan bagi para tentara di Yogyakarta dan sekitarnya, serta menjadi pelopor pembuat biskuit untuk tentara Indonesia di masa perang dan diberi nama biskuit Sardjito.

5. Ruhana Kudus

IDN Times/Dini suciatiningrum

Ruhana Kudus atau kadang dikenal dengan nama Rohana Kudus adalah seorang wartawan perempuan pertama di Indonesia yang berasal dari Sumatra Barat.

Rohana Kudus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada 20 Desember 1884. Ayahnya bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan yang berprofesi sebagai jurnalis. Sedangkan ibunya bernama Kiam yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Ruhana adalah kakak tiri dari dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga bibi dari penyair Chairil Anwar dan juga sepupu dari K.H. Agus Salim.

Jurnalis andal ini juga pendiri sekolah Kerajinan Amaia Setia (KAS) di Koto Gadang yang mendidik keahlian anak-anak perempuan, serta pendiri surat kabar Soenting Melajoe pada Juli 1912. Dia juga sempat bekerja di surat kabar Oetoesan Melajoe yang terbit sejak 1911.

Baca Juga: 10 Pahlawan yang Wafat saat Usia Muda, Ada yang Masih 17 Tahun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya