TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menuju Masa Jabatan Berakhir, Begini Cara Jusuf Kalla Hadapi Konflik

Apa saja cara dan taktik JK dalam hadapi konflik?

IDN Times/Kevin Handoko

Jakarta, IDN Times - Masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan segera berakhir. Selanjutnya, pemerintahan pada Jilid II, Joko Widodo akan didampingi wajah baru yakni Ma'ruf Amin.

Posisi RI 2 sendiri merupakan posisi yang tak kalah penting, posisi penentu dalam banyak momen-momen penting kenegaraan. Kini, Jusuf Kalla telah menghadapi momen perpisahan dengan beragam tanggung jawab sebagai Wakil Presiden.

Seperti apa perjalanannya selama menjadi RI 2 sebanyak dua kali?

1. Menjadi Wapres bukanlah harapan sang ibunda

Instagram/Dewan Masjid Indonesia

Karier politiknya didoakan sang ibunda awalnya bukan untuk menjadi RI 2, yang mendampingi ribuan wakil rakyat lainnya.

"Ibu saya mendoakan agar saya jadi Gubernur, ternyata saya jadi bosnya Gubernur," ujar Jusuf Kalla ketika berbicara di program Mata Najwa yang tayang di Trans 7, Rabu (16/10).

Baca Juga: Kejar Target Inklusi Keuangan, OJK Sasar Pelajar Buka Rekening

2. Begini cara JK hadapi konflik

ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Terkait dengan bagaimana JK dapat keterampilan mendamaikan konflik, dirinya menjawab bahwa hal tersebut tidak ada ilmunya.

"(mendamaikan konflik) Tidak ada ilmunya. Insting dan logika serta pengalaman-pengalaman. Ini masalah negosiasi." Kata Jusuf Kalla.

3. Cara Jusuf Kalla ajarkan bawahannya

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Namun, ternyata insting dan logika tersebut turut diajarkan JK pada pejabat lainnya. Salah satunya adalah pada Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusi, Hamid Awaludin.

"Selain cara berpakaian, cara ngomong, bahkan saya pun latihan menatap calon juru runding saya. Latihannya menatap mata Pak JK, ya saya kalah, beliau Wapres, saya menterinya," kata Hamid Awaludin.

4. Pendekatan untuk tangani konflik

ANTARA FOTO/Reuters/Carlo Allegri

Saat menghadapi konflik yang terjadi di Aceh, dirinya berkata pendekatan dilakukan dengan mempelajari seluk beluk Aceh. Mulai dari sejarah, riwayat kepemimpinan, pantun, riwayat pemimpin GAM, guna mengerti psikis lawan bicara.

"Kita harus pandai membawa diri, berusaha menempatkan diri, juga memahami. Sehingga kita mudah diterima," pungkasnya.

Baca Juga: JK Kunjungi UIII, Pusat Rujukan Wasathiyyat Islam Dunia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya