TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Obat Antihipertensi Perberat COVID-19? Ketua PERHI: Itu Salah

Minum obat antihipertensi harus teratur

Ilustrasi Tensimeter Digital. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI), Erwinanto, menjelaskan ada pendapat yang salah bahwa hipertensi dan beberapa obat antihipertensi memperberat penyakit COVID-19. 

"Tidak benar ada obat antihipertensi yang memperberat COVID-19, pasien hipertensi di masa COVID-19 harus tetap minum obat seperti ketika tidak ada COVID dan bahkan harus lebih teratur," ujar Erwin dalam 'Media Breafing Hari Hipertensi Sedunia 2021 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes)' secara virtual pada Kamis (6/5/2021).

Baca Juga: 5 Hal Mengenai Hipertensi, Tekanan Darah Tinggi yang Tak Bergejala

1. Penderita COVID-19 tidak melebihi prevalensi hipeterensi

Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia Dr. Erwinanto SpJP(K) FIHA (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Pernyataan salah di masyarakat ini, kata Edwin, dapat dilihat dari prevalensi hipertensi pada penderita COVID-19 tidak melebihi prevalensi hipeterensi pada populasi umum. Sehingga ada keraguan bahwa hipertensi membuat orang lebih mudah terinfeksi COVID-19.

Dia juga mengatakan hipertensi tidak berpengaruh pada pemberatan dan fataslitas COVID-19.

"Semua penelitian meragukan hal itu, sehingga centers for disease control and prevention di Amerika (CDC), itu tidak memasukkan hipertensi sebagai faktor risiko untuk beratnya COVID-19," ujar Erwin.

Tetapi penyakit yang diakibatkan hipeternsi seperti ginjal kronik, jantung dan stroke itu memengaruhi fatalitas dari COVID-19.

"Hipertensinya sendiri tidak termasuk," kata dia.

2. Obatnya tetap harus dikonsumsi

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Maka dari itu, dia mengatakan pasien hipertensi tetap minum obat teratur dengan dosis yang tidak dikurangi untuk menurunkan risiko penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Semua obat antihipertensi harus dikonsumsi sesai dengan anjuran dokter.

"Supaya fatalitas dari COVID-19 kalau mereka terkena itu akan turun," ujarnya.

Dia juga menampik isu obat hipertensi yang disebut sebagai angiotensin-converting enzyme inhibitors dapat meningkatkan kerentanan pasien. 

"Kontrol tekanan darah sampai target," kata dia.

3. Hipertensi jadi kontributor tunggal utama penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal

Ilustrasi Tensimeter Digital. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang menonjol tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Diperkirakan 60 persen warga yang berusia di atas 60 tahun adalah penyandang hipertensi. 

Penyakit ini adalah kontributor tunggal utama dalam kesakitan serta kematian penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal. Erwin mengatakan jumlah penyadang hipertensi dari waktu ke waktu tidak menurun.

"Menetap tidak hanya dalam tahun tetapi dalam dekade, jumlahnya tidak turun," kata dia.

Baca Juga: Hipertensi? 5 Solusi Makan Enak Tanpa Takut Tekanan Darah Naik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya