TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Heboh Aisha Weddings, Ini Fakta-fakta Pernikahan Anak di Belahan Dunia

Di Nigeria wanita menikahi pria yang jauh lebih tua

Instagram/@infokotamakassar

Jakarta, IDN Times - Beberapa hari ini masyarakat di Tanah Air dihebohkan dengan munculnya promosi menikah di bawah umur dari jasa pernikahan Aisha Weddings, khususnya kepada wanita Muslim. Mereka mengajak wanita menikah di usia 12 hingga 21 tahun, tak lebih.

Kenyataannya, praktik menikah di bawah umur di Indonesia angkanya memang cukup tinggi. Khususnya di daerah-daerah. Kendati, fenomena ini tak hanya terjadi di Tanah Air, di beberapa negara juga terjadi.

Berikut deretan fakta-fakta pernikahan anak di berbagai negara:

Baca Juga: Eksploitasi Anak di Daerah Bencana, Dinikahkan Hingga Diperdagangkan

1. Sebanyak 700 juta perempuan dunia menikah sebelum ulang tahun mereka yang ke-18

TOLAK PERNIKAHAN ANAK. Ilustrasi pengantin anak usia sekolah dalam kampanye menolak perkawinan anak oleh Yayasan Kakak di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Foto oleh Ari Susanto/Rappler

Melansir dari data Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) pada 2013, lebih dari 700 juta perempuan menikah sebelum ulang tahun mereka yang ke-18. Satu dari tiga di antaranya menikah sebelum umur 15.

2. Di Nigeria wanita menikahi pria yang jauh lebih tua

Istimewa

Anak perempuan juga sering menikahi pria yang lebih tua di Mauritania dan Nigeria. Lebih dari separuh anak perempuan remaja berusia 15 hingga 19 tahun menikahi suami mereka yang 10 tahun lebih tua.

UNICEF menyatakan pernikahan anak adalah manifestasi ketidaksetaraan gender, serta mencerminkan norma sosial yang melanggengkan diskriminasi terhadap anak-anak perempuan.

3. Mayoritas menikah usia anak berada di India

Unicef

Ternyata, hampir setengah dari seluruh pengantin anak di bawah umur berada di Asia Selatan. Sepertiga di antaranya berada di India.

Persentase jumlah pengantin anak di seluruh dunia adalah 33 persen berasal dari India, 25 persen dari Asia Timur dan Pasifik, 9 persen berada di Amerika Latin dan Karibia, serta sisanya tersebar di Timur Tengah serta Afrika.

4. Anak berpikir kekerasan rumah tangga adalah pembenaran

Ilustrasi kekerasan (IDN Times/Sukma Shakti)

Setengah dari anak yang berusia 15 hingga 19 tahun menilai, lelaki dibenarkan memukuli istri atau pasangannya. Jika sang perempuan menolak berhubungan seks, meninggalkan rumah tanpa izin, berdebat, mengabaikan anak-anak, serta tidak menyiapkan keperluan makan malam, mereka cenderung melakukan kekerasan

Baca Juga: Tradisi Jadi Alasan Pernikahan Dini di Sinjai, KPAI: Harus Berpihak pada Anak

5. Anak kehilangan momen masa kecil dan terisolasi

Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Data UNICEF juga menjelaskan anak perempuan yang menikah tidak hanya kehilangan masa kecilnya. Mereka juga sering terisolasi secara sosial, yakni terpisah dari keluarga serta teman-teman yang menjadi sumber dukungan mereka.

Selain itu, pernikahan pada usia dini juga membatasi peluang atas pendidikan dan pekerjaan.

6. Di Nepal wanita usia 15 tahun umumnya sudah memiliki tiga anak

IDN Times/Sukma Shakti

Pernikahan dini juga tidak dapat membuat anak perempuan bernegosiasi secara efektif, untuk melakukan seks yang lebih aman. Mereka cenderung tidak dapat menolak berhubungan seks, sehingga kemungkinan memiliki anak pada usia muda pun lebih tinggi.

Kehamilan pada usia tersebut berarti mereka memiliki bayi saat mereka belum matang. Apalagi merawat anak pada usia tersebut dapat menyebabkan mereka tertekan secara psikologis.

Di Nepal, sepertiga perempuan berusia 20 hingga 24 tahun menikah sebelum ulang tahun mereka yang ke-15 dan telah memiliki tiga anak atau lebih.

Dampak negatif dari aktivitas seks tidak aman yang lebih banyak dipaksakan pihak lelaki, salah satunya adalah penyebaran HIV yang lebih tinggi.

Baca Juga: 5 Pernikahan Dini di Indonesia yang Sita Perhatian Publik, Ada yang 4 Hari Cerai

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya