Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait dikenal sebagai sosok yang banyak berkontribusi pada kasus kekerasan dan perlindungan anak.
Informasi meninggalnya Arist telah dikonfirmasi IDN Times kepada salah satu staf Komnas PA, Raihanif Putra. Arist meninggal pada Sabtu (26/8/2023), sekitar pukul 08.30 WIB.
“Telah berpulang ke Rumah Tuhan Bapak Arist Merdeka Sirait pada hari Sabtu, 26 Agustus 2023 di RS. Polri Kramat Jati, Jakarta Timur Jam 08.30 WIB,” ujarnya.
Baca Juga: Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait Meninggal Dunia
Baca Juga: Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait Meninggal Dunia karena Sakit
1. Arist jadi ketua Komnas PA gantikan Seto Mulyadi
Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait saat berada di Polresta Malang Kota, Selasa (25/1/2022). Dok/istimewa Arist adalah pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatra Utara, 17 Agustus 1960. Dia meninggal saat berusia 63 tahun.
Aktivis anak Indonesia ini menjadi Ketua Komnas PA menggantikan Seto Mulyadi pada tahun 2010. Sebelumnya, dia adalah sekretaris jenderal di lembaga tersebut selama 12 tahun atau tiga periode semenjak tahun 1998.
Baca Juga: Jateng Raih Predikat Provinsi Layak Anak Tiga Kali, Ganjar: Harus Bisa Dirasakan Anak-anak
2. Dia sebelumnya adalah aktivis buruh, lalu berubah haluan ke isu anak
Konferensi pers kasus dugaan pemerkosaan anak oleh anak di Hutan Kota, Jakarta Utara (IDN Times/Lia Hutasoit) Melansir Lembaga Perlindungan Anak Sumatera Utara (LPA Sumut), awalnya Arist Merdeka Sirait dikenal sebagai aktivis buruh. Dia aktif dalam organisasi-organisasi buruh dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Namun, dia menaruh keprihatinan terhadap anak-anak yang harus bekerja dan diperlakukan tidak layak. Hal inilah yang mengubah haluan perjuangannya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Pada 1981, Arist menjadi aktivis buruh anak dan lima tahun berikutnya, pada 1986 Arist membentuk yayasan perlindungan buruh. Yayasan ini menyediakan pendidikan untuk pekerja usia anak-anak yang harus bekerja dengan kondisi memprihatinkan.
3. Ayah Arist dirikan sekolah di kebun bagi buruh anak
Ilustrasi pekerja anak. ANTARAFOTO Perhatian atas pendidikan anak itu diawali oleh ayah Arist. Saat kecil, Arist dan keluarganya tinggal di daerah perkebunan Pematang Siantar.
Kala itu, anak-anak banyak yang bekerja sebagai buruh perkebunan. Sebab mereka tidak ada biaya, mereka tidak melanjutkan sekolah.
Ayah Arist yang berprofesi sebagai penjahit membuat sekolah di area perkebunan dengan sejumlah temannya. Sang ayah menjadi koordinator guru untuk pendidikan murah bagi buruh anak-anak.
Baca Juga: Komnas Perempuan: Miss Universe Korban Pelecehan Harus Dapat Keadilan