TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Survei: Hampir Separuh Warga DKI Pernah Terpapar Virus Corona

Namun hanya sedikit yang terdeteksi

Ilustrasi tenaga kesehatan. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Jakarta, IDN Times - Survei serologi menunjukkan bahwa virus corona hampir menginfekisi separuh penduduk Jakarta. Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, mengatakan prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi COVID-19 sebesar 44,5 persen dengan estimasi warga yang pernah terinfeksi sebanyak 4.717.000 orang dari total penduduk Jakarta sebanyak 10.600.000 orang. 

“Kekebalan komunal di Jakarta akan lebih sulit tercapai karena Jakarta adalah kota terbuka dengan mobilitas intra dan antarwilayah yang tinggi. Konsekuensinya, semua penduduk yang beraktivitas di Jakarta, baik warga Jakarta maupun pendatang, harus memiliki kekebalan (telah tervaksinasi) yang dapat mengatasi semua varian virus,” ujar dia seperti dikutip, Minggu (11/7/2021).

Baca Juga: [UPDATE] 187 Juta Orang di Dunia Positif COVID-19

1. Hanya 8,1 persen kasus yang terdeteksi di DKI Jakarta

Ilustrasi. Petugas medis yang tangani pasien COVID-19 harus mengenakan alat pelindung diri atau APD (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Pandu juga menjelaskan bahwa dari jumlah estimasi warga yang pernah terinfeksi, hanya 8,1 persen yang terkonfirmasi. Sebagian besar yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi.

Selain itu, sebagian besar yang pernah terinfeksi, baik terdeteksi maupun tidak terdeteksi, tidak pernah merasakan gejala atau disebut OTG.

2. Infeksi pada kelompok perempuan lebih tinggi di Jakarta

Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr. Pandu Riono (Tangkapan layar Zoom Indikator Politik Indonesia)

Selain itu, dari hasil survei ini terlihat bahwa hampir separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi COVID-19, terbanyak pada usia 30-49 tahun. Infeksi pada kelompok perempuan lebih tinggi (47,9 persen) dan kelompok yang belum kawin lebih rendah risiko terinfeksi (39,8 persen).

“Penduduk di wilayah padat penduduk lebih rentan terinfeksi COVID-19 (48,4 persen). Semakin meningkat indeks massa tubuh, semakin banyak juga yang terinfeksi, dalam hal ini kelebihan berat badan (52,9 persen) dan obesitas (51,6 persen). Orang dengan kadar gula darah tinggi juga lebih berisiko,” paparnya.

3. Perlu ada strategi penanganan yang cepat dalam jangka waktu pendek

Ilustrasi isolasi mandiri (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Dia menyebut, tidak menutup kemungkinan bahwa pandemik COVID-19 bisa berubah menjadi endemik. Diperlukan strategi penanganan pandemik secara cepat dan signifikan untuk jangka pendek, serta perlu ada antisipasi jangka menengah dan panjang.

Karena walau vaksinasi memang dapat menekan risiko perawatan di rumah sakit dan risiko kematian tetapi tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan virus ini.

Baca Juga: Menag Ajak Masyarakat Mengheningkan Cipta untuk Doakan Korban Covid-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya