TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menikmati Duku Sambil Berwisata di Candi Muarajambi

Duku mudah ditemukan di sekitar candi

Duku di candi Muarajambi yang baru dipanen, Sabtu (22/2)/IDN Times/Ramond EPU

Jambi, IDN Times - Jika sedang berwisata ke Candi Muarajambi, saat ini sedang musim duku. Pengunjung tidak hanya berwisata untuk melihat bangunan candi dan struktur bata kuno yang mudah dijumpai di kawasan ini. Tapi, juga bisa menikmati duku yang sedang berbuah di sekitar bangunan candi.

Seperti di candi Kedaton, kita akan dengan mudah menemukan buah duku berserakan di tanah ketika berada di candi ini. "Bagi pengunjung yang ingin menikmati duku silakan saja diambil duku yang sudah jatuh itu," kata Rafsanjani, pemuda Desa Muarajambi saat berada di candi Kedaton, Kamis (20/2).

1. Makan sepuasnya di kebun warga

Pengunjung Candi Muarajambi saat menikmati duku, Sabtu (22/2)/IDN Times/Ramond EPU

Bukan hanya di Candi Kedaton, di sekitar Candi Gumpung juga banyak terdapat pohon duku. Apalagi di kebun warga yang bisa ditempuh berjalan kaki di kawasan candi Buddha terbesar di Asia Tenggara ini. Dengan luas kawasan 3.981 hektar, Candi Muarajambi berada di antara desa dan kebun warga.

Seperti kebun milik Abdul Haviz, tak jauh dari candi Kedaton. Bersama beberapa temannya, Abdul Haviz di akhir pekan memanen duku yang sudah dinantinya setahun lalu. "Kalau pengunjung datang ke kebun duku warga, silakan makan sepuasnya," kata pria yang akrab disapa Ahok ini, Sabtu (22/2).

Cara memanen duku di Muarajambi biasanya dengan menggunakan jasa pemanjat. Dengan cara memetik langsung dari pohon duku dan dimasukkan ke dalam karung yang sudah disiapkan. Jika karung sudah terisi penuh, maka karung yang penuh buah duku akan diturunkan ke bawah menggunakan tali. "Dengan cara ini, duku yang kita panen akan lebih bersih," katanya.

Setelah itu, duku akan dikumpulkan di atas terpal untuk dipilih. Duku pecah dan masih hijau akan dibuang. Sehingga, duku yang benar-benar bersih dan layak dimakan akan dimasukkan ke dalam karung. "Duku untuk dijual harus dengan kualitas terbaik. Hari ini sudah hampir tiga ratus kilogram terkumpul," ungkap Ahok.

2. Duku Candi Muarajambi dibawa ke Palembang dan Jakarta

Taufik, pemuda Desa Muarajambi ketika memilih duku untuk dijual, Sabtu (22/2)/IDN Times/Ramond EPU

Duku dari Candi Muarajambi kata Ahok biasanya dibawa ke Palembang dan Jakarta. Harga satu kilogram duku mereka jual Rp6.500. Biasanya dijual di pasaran dengan harga Rp10.000. "Tahun ini hasil panen duku lebih sedikit jika dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya.

Meski demikian, dirinya sebagai pemilik kebun tetap bisa berbagi untung dengan teman-temannya yang membantu mengambil duku dari puluhan pohon miliknya. Biasanya, untuk memanen duku, Ahok melibatkan dua orang untuk pemanjat dan satu orang untuk mengumpulkan duku hasil dari panjatan tersebut.

3. Keahlian khusus pemanjat duku

Hermansyah bersama adiknya bersiap memanjat batang duku di Candi Muarajambi, Sabtu (22/2)/IDN Times/Ramond EPU

Hermansyah, pemanjat pohon duku, mengaku jika musim duku tiba, dirinya ketiban rezeki. Karena, para pemilik kebun duku akan menghubungi dirinya. Sebab, tidak banyak yang memiliki keahlian memanjat batang duku. Apalagi ketinggian pohon duku di kawasan Candi Muarajambi bisa mencapai belasan meter.

"Dalam satu hari bisa memanjat lima sampai sepuluh batang duku. Tergantung banyaknya duku," ungkap pria yang biasa disapa Lokman ini.

Salah satu tantangan menjadi pemanjat duku kata Lokman, kejelian melihat ranting pohon yang mudah patah. Karena, jika salah menjejakkan kaki di atas ranting, dirinya bisa celaka. "Jika terlihat ranting atau cabang pohon banyak semut dan berlubang, itu bisa dipastikan lapuk," ungkapnya.

Baca Juga: Imbas Vandalisme Parah, Lantai 9 dan 10 Candi Borobudur Ditutup!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya