3 'Pekerjaan Rumah' untuk Polri terkait Penyerangan Jemaah Ahmadiyah di NTB
Ada kesalahan masa lalu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Penyerangan pada anggota Jemaat Ahamadiyah Indonesia (JAI) di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (19/5) lalu menuai kecaman. Pihak berwenang dianggap abai terhadap kejadian ini.
"Tindakan lebam ini merupakan pelecehan yang jelas terhadap hak asasi manusia untuk kebebasan bepikir, berhati nurani, dan beragama seiring tindakan tersebut kemungkinan besar dikobarkan dari rasa kebencian terhadap komunitas Ahmadiyah oleh karena kepercayaan mereka," tutur Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, Jakarta, Senin (21/5).
Penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah terjadi selama dua hari berturut-turut pada 19 hingga 20 Mei. Penyerangan ini berakibat kerusakan terhadap sejumlah rumah dan sedikitnya 28 orang harus diungsikan.
Baca juga: 24 Jamaah Ahmadiyah Diusir dan 7 Rumah Dirusak oleh Massa di NTB
1. Karena kesalahan masa lalu
Rasa enggan dari kepolisian untuk menghentikan pelaku serangan terhadap jemaah Ahmadiyah pada masa lalu, menurut Usman, menjadi penyebab serangan terhadap kelompok ini terjadi berulang.
"Keengganan itu malah membuat para penyerang merasa berada di atas hukum," tutur Usman.
Sikap abai yang kerap ditunjukkan kepolisian dan pemerintah, juga membuat Jemaah Ahmadiyah Indonesia masih tetap merasa tidak aman. Sampai saat ini belum ada keterangan apa-apa yang akan dilakukan kepolisian dalam menangani kasus ini.
Baca juga: Begini Kata Jemaah Ahmadiyah Korban Penyerangan di NTB