TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Kata 3 Cowok Millennials yang Ikut Women's March Jakarta 2018

Bersuara untuk kesetaraan

IDN Times/Margith Juita Damanik

Jakarta, IDN Times - Women's March Jakarta 2018 hadir kembali. Mengawali kegiatan dengan beragam preevent sebelumnya, hari ini (3/3) kegiatan Women's March Jakarta 2018 diawali Long March dari Sari Pan Pasifik menuju Taman Aspirasi.

Di Taman Aspirasi, ratusan orang mengikuti Women's March Jakarta 2018 terdiri dari berbagai kalangan, organisasi dan lembaga, bergantian menyuarakan tuntutan dan fokus permasalahan perempuan yang mengusiknya.

Tidak hanya perempuan, acara juga diikuti banyak laki-laki. Beberapa di antaranya datang khusus untuk ikut mendukung perempuan Indonesia bersuara mendapatkan kesetaraan hak.

Baca juga: 8 Tuntutan Perempuan Indonesia dalam Women’s March Jakarta 2018

1. Datang dari Surabaya untuk ikut bersuara

IDN Times/Margith Juita Damanik

Hendri Tanggono, cowok millennials satu ini datang jauh-jauh dari timur pulau Jawa ke Jakarta hanya untuk mengikuti Women's March 2018. Tidak hanya berdiam, Hendri juga membantu menyuarakan aspirasi perempuan dan kelompok marginal.

"Saya ikut (WMJ) karena ingin mengadvokasi hak perempuan dan kelompok marginal," kata Hendri. "Masyarakat suka miss konsepsi, dipikir sudah didapat kesetaraan tapi belum," kata Hendri lagi.

Selain itu adanya upaya menurunkan usia dalam UU perkawinan, serta RKUHP yang multi tafsir dan tidak mempedulikan narasi perempuan menjadi fokus sendiri bagi Hendri. Ia merasa hal itu perlu disuarakan.

Hendri sendiri sebagai laki-laki kurang setuju dengan budaya patriarki yang sudah terlanjur mengakar kuat di Indonesia. "Patriarki kuat karena dari zaman orba di brain wash maskulinitas terbaik, selain itu dianggap jelek," kata Hendri.

Budaya  patriarki menurut Hendri juga menghasilkan korban. "Korbannya gak hanya perempuan. Laki-laki yang berbeda juga," kata Hendri.

Dengan terus membudayakan budaya patriarki Hendri menilai hal itu seolah hanya memberikan kesempatan untuk yang maskulin lebih sukses sedangkan yang tidak maskulin menjadi susah untuk sukses.

Hendri juga menyoroti istilah pelakor yang disematkan perempuan kepada perempuan lainnya tanpa menggali lebih jauh penyebab dan narasi perempuan yang ada di dalamnya. "Gak adil blame perempuan doang. Jangan-jangan ada relasi kuasa," katanya.

2. Adit bersuara untuk menolak RKUHP ngawur karya pemerintah

IDN Times/Margith Juita Damanik

Adit, cowok millennials yang berasal dari Jakarta juga turut hadir dalam Women's March Jakarta 2018. "Menyuarakan menolak RKUHP yang ngawur itu terus ingin membantu perempuan Indonesia berani bersuara dan menyuarakan hak haknya," kata Adit memberikan alasan mengapa ia hadir dalam Women's March Jakarta (WMJ) 2018.


Adit berpendapat perempuan seharusnya dipandang sebagai sosok yang berkualitas tinggi. "Perempuan seharusnya dipandang bukan hanya sebagai sosok yang indah tapi harus sama-sama dijaga," kata Adit. Baginya, hal ini didasari karena semua orang, baik perempuan dan laki-laki, berasal dari rahim perempuan. Sehingga tidak seharusnya perempuan diintimidasi melainkan justru harus dijaga hak-haknya.

Adit sendiri tidak mendukung budaya patriarki yang ada di Indonesia meski ia seorang laki-laki. Hal ini karena baginya seharusnya tidak ada siapa yang lebih penting, tapi tentang laki-laki dan perempuan setara kedudukannya. Adit berharap agar perempuan di Indonesia dapat lebih maju dan lebih didengar suaranya. "Harus berani. Bisa bareng-bareng membangun perempuan untuk kemajuan sendiri," tutupnya.

Baca juga: Sembilan Isu Penting Mengenai Perempuan yang Harus Kamu Tahu

 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya