Menag Lukman: Perbedaan Politik Itu Biasa Tapi Tetap Saling Memaafkan
Setelah minta maaf, kesalahannya jangan diulangi lagi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memaknai bulan Ramadan sebagai momentum untuk menahan hawa nafsu dan kembali ke jati diri kemanusiaan. Selain itu, Lukman turut melihatnya sebagai momen untuk saling memaafkan atas hal-hal yang terjadi di masa lalu. Harapannya, tentu kebersamaan warga yang terdiri dari beragam latar belakang itu bisa tetap terjaga.
Hal itu disampaikan oleh Lukman usai mengikuti silaturahmi dengan Presiden Joko "Jokowi" Widodo di Istana Negara pada Lebaran pertama di hari Rabu (5/6). Lalu, bagaimana Lukman melihat momentum Lebaran dikaitkan dengan situasi politik saat ini?
Baca Juga: 5 Hal Ini Telah Menjadi Kebiasaan Ketika Hari Raya Idulfitri Tiba!
1. Menag Lukman memaknai Lebaran sebagai ajang untuk saling memaafkan tapi kesalahannya jangan diulang lagi
Menurut Lukman, momentum Idul Fitri juga bisa dimanfaatkan untuk saling memaafkan kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Dengan begitu, setiap umat manusia bisa betul-betul kembali bersih, tidak hanya di mata Tuhan, tetapi juga dalam pandangan sesama umat manusia.
"Itu sebabnya, kita perlu saling memaafkan," kata Lukman yang ditemui di Istana Negara pada Rabu (5/6).
Dalam urusan bangsa, sikap saling memaafkan itu sangat penting. Apalagi warga Indonesia terdiri dari berbagai latar belakang dan majemuk sehingga rentan terjadi salah pengertian. Hal lain yang digaris bawahi yakni usai menyampaikan permintaan maaf, maka umat manusia tak boleh lagi mengulangi kesalahan yang sama.
Baca Juga: Sidang Isbat Penentuan Jatuhnya Hari Lebaran Digelar Sore Ini