TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Satgas COVID-19: Jangan Tolak Contact Tracing, Ini Kerja Kemanusiaan

Semakin cepat COVID-19 terdeteksi semakin cepat penanganan

Kepala BNPB RI Dono Monardo. Dok. BNPB

Jakarta, IDN Times - Satgas Penanganan COVID-19 menilai, semakin cepat penularan COVID-19 diketahui akan semakin cepat pasien mendapatkan pemulihan. Oleh sebab itu, masyarakat diminta untuk tidak lagi menolak upaya pemerintah melakukan pelacakan kontak (contact tracing) penyebaran virus corona.

"Jadi tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menolak pelacakan kontak, penanganan kesehatan adalah sebuah kerja kemanusiaan," kata Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo, dalam keterangan tertulis, Minggu (22/11/2020).

Baca Juga: Ketua Satgas: 77 Orang Positif COVID-19 di Acara Rizieq Shihab

1. Semakin cepat teridentifikasi semakin cepat penanganannya

Kepala BNPB Doni Monardo (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Doni menjelaskan, pelacakan kontak dilakukan agar petugas kesehatan bisa melihat gejala sakit lebih awal dengan melihat riwayat kontak pasien.

"Semakin cepat diketahui penularan lebih luas bisa dicegah, karena memang mayoritas penderita COVID-19 adalah orang tanpa gejala,” ujar Doni.

Menurut Doni, titik paling krusial saat ini terkait upaya memperkecil risiko kematian imbas COVID-19, adalah dengan menjaga agar pasien tidak berpindah fase atau masuk kategori sakit, tapi sedapat mungkin tetap dengan gejala ringan sehingga lebih mudah disembuhkan.

“Ini adalah prioritas dokter dan tenaga kesehatan sekarang, apalagi dalam seminggu terakhir tingkat penularan cenderung meningkat," ujar Doni.

2. Contact tracing sulit karena masih berkembang stigma negatif di masyarakat

Ilustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Doni menyebutkan, salah satu cara untuk memutus mata rantai penularan virus corona adalah dengan melakukan pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan yang tepat kepada pasien yang tertular.

Namun, lanjut Doni, pemeriksaan dan pelacakan  tidak mudah dilakukan karena ada penolakan di masyarakat.

Dia menduga, hal ini terjadi karena di masyarakat masih berkembang stigma negatif bagi penderita COVID-19. Masyarakat takut divonis tertular.

“Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita COVID-19 sembuh.  Di Indonesia sekarang, angka kesembuhan telah menembus 83,9 persen dari kasus aktif, jauh di atas kesembuhan dunia yang di level 69 persen,” ujar Doni.

3. Data RS Persahabatan Jakarta: pasien dengan kategori ringan risiko kematiannya nol persen

Ilustrasi Swab Test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta yang dihimpun Satgas Penanganan COVID-19, pasien dengan kategori ringan risiko kematiannya nol persen. Sedangkan pasien dengan kategori sedang risiko kematiannya 2,6 persen, pasien kategori berat 5,5 persen, dan pasien kategori kritis memiliki risiko kematian 67,4 persen.

Pasien dengan kategori kritis yakni memiliki komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, pneumonia berat, serta gagal oksigenasi dan ventilasi.

Menurut Satgas Penanganan COVID-19, tidak sedikit pasien memasuki fase kritis karena sebelumnya memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru.

4. Data kasus COVID-19 di Indonesia

Sanksi tidak menggunakan masker di DKI Jakarta (IDN Times/Sukma Shakti)

Berdasarkan data kasus COVID-19 yang dirilis Sabtu (21/11/2020), terjadi peningkatan kasus sebesar 4.998 dalam sehari.

DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi penyumbang kasus tertinggi mencapai 1.579 kasus atau 31,6 persen dari kasus nasional.

Dengan penambahan tersebut, total 493.308 orang terkonfirmasi positif COVID-19. Dari angka tersebut, 413.955 di antaranya sembuh atau 83,9 persen. Total pasien meninggal di Indonesia sebanyak 15.774 orang. Sedangkan di tingkat dunia, total angka kematian akibat COVID-19 sebesar 1,39 juta jiwa.

Baca Juga: Waspada! Ini Daftar 20 RW Zona Merah COVID-19 di Jakarta

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya