TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tergabung di COVAX, Indonesia Segera Terima Kiriman Vaksin Subsidi

Tergabung dengan program COVAX, RI juga dapat harga subsidi

Proses pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer (Facebook.com/Pfizer)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memastikan pengiriman vaksin COVID-19 melalui Program COVAX akan dimulai Januari 2021 ini. Hal ini disampaikan Direktur Imunisasi WHO, Kate O'Brien pada Kamis (7/1/2021).

"Kami membutuhkan sekitar 7 miliar dorlar AS (Rp98,3 triliun) untuk mengirim cukup vaksin ke negara-negara ini hingga akhir 2021," ujar Kate seperti dilansir dari kantor berita ANTARA pada Jumat (8/1/2021).

Program COVAX sendiri diketahui dikoordinasikan WHO untuk mendukung memastikan vaksin COVID-19 dapat dibagi merata ke seluruh negara, termasuk negara berpenghasilan rendah.

1. COVAX mulai pasang target pengiriman ke negara-negara yang tergabung

Ilustrasi Vaksin (ANTARA FOTO/AAP Image/David Mariuz via REUTERS)

Menurut Kate, program COVAX telah berhasil mengumpulkan dana kisaran 6 miliar dolar AS (Rp84,3 triliun) dari 7 miliar dolar AS yang dibutuhkan. Hal ini membuat COVAX berhasil memiliki akses untuk 2 miliar lebih dosis vaksin.

WHO sendiri memiliki target waktu pengiriman vaksin bagi negara-negara yang sudah tergabung. "Kami akan mulai mengirimkannya mungkin akhir Januari, dan kalau tidak, pasti awal Februari hingga pertengahan Februari," ujar Kate.

2. Indonesia bergabung dengan COVAX-Gavi agar dapat vaksin harga subsidi

IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Indonesia telah tergabung juga dalam COVAX. Pada 18 September 2020, Indonesia mengajukan surat kepada organisasi aliansi vaksin bernama Gavi yang mengelola fasilitas COVAX. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Gavi sudah melayangkan surat kepada Presiden Joko "Jokowi" Widodo.

"Isi surat itu pada intinya menyampaikan bahwa Indonesia layak menerima Official Development Assistance (ODA) di dalam COVAX/AMC dalam kerangka kerja multilateral," ungkap Menlu perempuan pertama di Indonesia itu pada Jumat, 16 Oktober 2020 lalu.

Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu, Febrian A Ruddyard, bantuan yang dimaksud bukan berarti Indonesia menerima vaksin secara gratis dari WHO. Usai dilakukan peninjauan oleh panel, Indonesia dinyatakan layak memenuhi kriteria sebagai negara yang bisa membeli vaksin COVID-19 dengan harga subsidi, bukan harga pasar. 

"Jadi, itu (vaksin) yang diperoleh Indonesia nanti tidak gratis," kata Febri melalui pesan pendek kepada IDN Times, Sabtu (17/10/2020). 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya