TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Paradigma Wisata Banyuwangi yang Baru ala Bupati Abdullah Azwar Anas

Banyuwangi ubah banyak paradigma pengelolaan pariwisata

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. (instagram.com/azwaranas.a3)

Banyuwangi, IDN Times - Seperti diketahui bersama, pandemik COVID-19 telah membawa perubahan besar dalam keseharian, termasuk sektor pariwisata yang tentunya tak luput dari perubahan tersebut. Banyuwangi pun menyikapinya dengan sejumlah cara.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan aspek kesehatan akan mengubah banyak paradigma pengelolaan pariwisata. Dia pun menjabarkan enam paradigma baru pariwisata di era kenormalan baru. 

”Ada perbedaan strategis era sebelum COVID-19 dan kenormalan baru. Ini harus kita pahami agar bisa menang persaingan pariwisata dengan daerah alternatif destinasi lainnya,” ujar Anas melalui keterangan resminya, Jumat (6/11/2020).

Baca Juga: Pelayanan Publik di Banyuwangi Terintegrasi dengan Pasar Tradisional

1. SDM pariwisata harus memiliki aspek kesehatan

Era kenormalan baru di industri hotel. (Dok. Parador Hotels & Resort)

Sementara itu, perihal enam paradigma baru pariwisata di era kenormalan baru ala Bupati Anas sebagai berikut. Pertama, soal sumber daya manusia (SDM) pariwisata. Era sebelum COVID-19, nilai yang diunggulkan sebagai ‘jualan’ ialah keramahan dan kompetensi. Kompetensi meliputi penguasaan daerah destinasi hingga kemampuan berbahasa asing. Namun, di era kenormalan baru, itu saja tidak cukup, harus ditambah kesehatan.

”Misalnya, jualannya ke depan, ini lho di destinasi kami, hotel kami, para driver kami, sebelum memulai kenormalan baru sudah rapid test COVID-19. Ini lho, kami beri vitamin ke petugas. Secara berkala kami juga kerja sama dengan Puskesmas cek kesehatan staf. Itu nanti jadi jualan pikat wisatawan,” ujarnya.

2. Pentingnya pengaturan jam pelayanan serta sertifikasi kebersihan dan kesehatan

Dok. Mulia Bali

Kedua, pengaturan jam pelayanan. Era sebelum COVID-19, pelayanan 7 hari sepekan, dan sebagian bisnis akomodasi pariwisata malah 24 jam sehari. Di era kenormalan baru, harus ada waktu libur.

”Perlu libur memberi waktu ‘bernapas’ untuk kesehatan dan kebersihan. Kafe-resto wajib tutup sehari dalam seminggu untuk pastikan sampah bersih, untuk atur limbah makanan, dan sebagainya. Juga destinasi, dalam sepekan libur dua hari misalnya, evaluasi kesehatan dan kebersihannya,” paparnya.

Ketiga, sertifikasi kebersihan dan kesehatan. Dulu, aspek ini belum prioritas. Namun, sekarang menjadi wajib karena menjadi ‘jualan’ ke wisatawan. 

“Banyuwangi berinisiatif menerapkan stiker tanda new normal bisnis kuliner dan berlanjut ke hotel, rent car, destinasi, dan sebagainya. Ini semacam legitimasi karena berdasarkan supervisi Dinas Kesehatan, maka sebuah tempat layak disematkan lolos standar kenormalan baru,” jelasnya.

Baca Juga: Buka Rute ke Banyuwangi, Kapal Magia Tawarkan Paket Wisata Bahari

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya