TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Argo Parahyangan dan Kisah Pekerja Jakarta-Bandung, Enggan Berpaling!

Kebanyakan tak ingin beralih ke Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Ilustrasi Kereta (KA Argo Parahyangan) (Dok. Kereta Api Indonesia)

Jakarta, IDN Times - Kabar ‘pensiun’ Kereta Api (KA) Argo Parahyangan Jakarta-Bandung mencuat di media massa beberapa waktu lalu. Isu ini mencuat imbas pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang disebut akan menyedot pelanggan dari KA Argo Parahyangan.

Merespons hal ini, VP Public Relations KAI Joni Martinus, mengatakan pihaknya akan mematuhi semua keputusan pemerintah pada masa mendatang, termasuk jika harus 'menghentikan' laju KA Argo Parahyangan untuk KCJB.

"Mengenai hal tersebut, kami akan terus berkoordinasi dengan seluruh stakeholders. Adapun jika nantinya diputuskan pemerintah seperti itu, KAI sebagai operator tentunya akan patuh terhadap kebijakan dan peraturan pemerintah," ucap Joni kepada IDN Times pada awal pekan ini.

KA Argo Parahyangan disebut-sebut sebagai Kereta Api legendaris Jakarta-Bandung sejak 1971. Armada ini lumayan diminati pekerja di Jakarta yang harus pulang kampung ke Bandung, atau sebaliknya.

Selain harga yang ekonomis, KA Argo Parahyangan juga dinilai memberikan fasilitas cukup nyaman dengan harga relatif miring. Mengutip situs daring KAI, tiket Argo Parahyangan Jakarta-Bandung (PP) Rp100 ribu.

Baca Juga: Argo Parahyangan Jadi Pensiun karena Kereta Cepat? Ini Kata KAI

1. KA Argo Parahyangan lebih hemat, dan pas di kantong kalangan menengah ke bawah

Penampakan rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (dok. KCIC)

Teddy Albertus, jajaka asal Bandung berusia 28 tahun ini biasanya pulang-pergi Jakarta-Bandung pada akhir pekan. Dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta Pusat, dekat dengan stasiun Gambir.

Dia bercerita, biasa pulang ke rumah orang tuanya di Bandung setiap Jumat. Kemudian kembali pada Senin pagi menggunakan Argo Parahyangan dari Stasiun Bandung pukul 06.55 WIB dan tiba tepat pukul 09.00 WIB.

“Lumayan kan, tiga hari di rumah, ongkosnya cuman Rp200 ribu. Lebih murah kalau aku ngabisin weekend di Bandung dari pada di Jakarta, makan aja ke luar sama temen bisa up Rp200 ribu,” kata Teddy kepada IDN Times, Kamis (8/12/2022).

Teddy mengatakan saat muncul isu peralihan KA Argo Parahyangan ke KA Cepat Jakarta-Bandung, dia merupakan salah satu yang menolak usulan tersebut.

Menurut dia pemerintah tak bisa menghapus moda transportasi ekonomi seperti Argo Parahyangan, kemudian digantikan pada moda kelas eksekutif. Dia juga menyinggung harga KA Cepat yang kurang hemat di kantong, apalagi ketika dia hampir setiap pekan pulang ke Bandung.

“Aku baca-baca berita harga tiket KA Cepat kan Rp350 ribu untuk rute terjauh, katakanlah itu (harga) Jakarta-Bandung ya, PP aja sudah Rp700 ribu, aku kayaknya bakal memperhitungkan naik KA Serayu atau travel,” kata Teddy.

Diketahui, KA Serayu merupakan KA kelas ekonomi rute Purwokerto-Bandung-Jakarta. Tiket KA Serayu Jakarta-Bandung dan sebaliknya dibanderol Rp63 ribu.

2. Argo Parahyangan bawa kenangan panjang bersama keluarga

Ilustrasi kereta api Argo Parahyangan (instagram.com/suhardadiariefriyanto)

Pelanggan Argo Parahyangan, Athanasia Amanda, juga mengaku ada banyak kenangan ia bersama kedua orang tuanya menggunakan kereta ini. Dia juga menolak penghapusan operasional Argo Parahyangan.

Kereta Api yang sudah berdiri sejak 1971 itu, kata Amanda, tak hanya mengantarkannya pulang kampung ke Bandung, tapi juga menyimpan nostalgia bersama ayah dan ibunya yang sudah tiada.

“Waktu kecil, itu sekitar tahun 2000-an, aku sama keluarga kayaknya ada tiap bulan harus ke Jakarta karena urusan kerja papa. Nah biar sekalian liburan, jadi papa ngajak mama dan aku juga. Jadi walau pun desain dalam Argo Parahyangan banyak berubah, tapi vibes jalan-jalan sama keluarga naik Argo itu gak pernah ilang,” kenang Amanda.

Kendati, perempuan 27 tahun itu tak menolak pembangunan KA Cepat Jakarta-Bandung. Menurut perempuan kelahiran Cimahi ini, KA Cepat pasti dibutuhkan beberapa orang seperti pebisnis yang mengejar waktu untuk pergi ke Bandung atau ke Jakarta.

Menurut Amanda, KA Cepat bukan diperuntukkan bagi pekerja dengan gaji UMR Jakarta. “Aku berharap banget Argo Parahyangan gak dihapus, kalau dihapus kayaknya next pulang kampung bakal pakai travel aja,” tutur dia.

Baca Juga: Ada Kereta Cepat, Pemerintah Mau Argo Parahyangan Jadi Kereta Logistik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya