Mahfud: PDIP Pernah Ancam Merahkan DKI Bila Mega Tak Jadi Presiden
Hal itu terjadi pada Pemilu 1999
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menceritakan sejarah terpilihnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden RI pada 1999. Cerita itu disampaikan Mahfud saat menghadiri acara haul Gus Dur secara virtual yang disiarkan melalui kanal YouTube NU Channel.
"Saudara, saya ingin mengambil satu titik perjalanan Gus Dur yaitu ketika Gus Dur sebagai Presiden Indonesia pada tahun 1999, terpilihnya Gus Dur sebagai presiden pada 1999 menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia itu menolak ekstremisme, menolak sekularisme, tetapi juga menolak agamaisme," ujar Mahfud dalam video di kanal YouTube NU Channel yang dikutip IDN Times, Senin (23/8/2021).
Mahfud mengatakan, saat Gus Dur menjadi presiden itu menegaskan Indonesia bukan negara Islam, tapi harus bernapaskan islami.
"Beda negara Islam dan sifat Islam, Islami itu sifat, beradab, masyarakat yang berperadaban, jujur, tertib, bersaudara dengan orang lain, itu islami," katanya.
Baca Juga: Muhaimin: Semangat Gus Dur Jadi Inspirasi Masyarakat Hadapi Pandemik
1. Mulanya nama Gus Dur tak masuk dalam pilihan presiden pada 1999
Mahfud menceritakan, pada Pemilu 1999 ada dua nama yang dibahas menjadi presiden, yakni B.J Habibie dan Megawati Soekarnoputri. PDIP yang pada Pemilu 1999 sebagai pemenang, menginginkan Megawati jadi presiden.
Sementara, pada kelompok partai Islam ingin menjadikan Habibie sebagai presiden. Kedua kubu itu tetap teguh dalam pendiriannya dalam mengusung nama calon presiden.
"Itu sudah panas, itu sudah saling ancam," ucapnya.
Baca Juga: Ini Makna Pernyataan Khas 'Gitu Aja Kok Repot' ala Gus Dur