TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wapres Ma'ruf Amin Minta Kepala BKKBN Percepat Tangani Stunting

BKKBN diminta memetakan daerah yang angka stuntingnya tinggi

Wapres Ma'ruf Amin menerima audiensi Kepala BKKBN (dok. Setwapres)

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menggelar rapat penanganan stunting bersama Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo. Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi, mengatakan rapat diselenggarakan di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (30/11/2021).

Dalam rapat tersebut, ia mengatakan, Ma'ruf meminta Kepala BKKBN mempercepat penanganan stunting di Indonesia.

“Pertama, Wapres memerintahkan kepada BKKBN untuk melakukan langkah-langkah percepatan (penanganan stunting), dengan target (angka prevalensi) 14 persen selesai dalam dua tahun setengah, sampai akhir masa periode (pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan Ma’ruf),” ujar Masduki dalam keterangannya, Rabu (1/12/2021).

Baca Juga: Turunkan Angka Stunting, BKKBN Beri Penghargaan Inovasi 

1. Wapres minta BKKBN lebih intensif jalin koordinasi dengan kementerian/lembaga

Wapres Ma'ruf Amin pimpin rapat penanggulangan miskin ekstrem di NTT (Foto: Setwapres)

Masduki mengatakan Ma'ruf juga meminta Kepala BKKBN lebih intensif menjalin koordinasi dengan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Menurutnya, koordinasi harus lebih ditingkatkan dengan kepala daerah yang angka stunting di wilayahnya tinggi.

“Lalu juga harus dilakukan konvergensi (program) antara kementerian/lembaga bersama pemerintah daerah kabupaten/kota. Kalau bisa terkoordinasi dengan baik, itu adalah kunci keberhasilan. Itu menjadi syarat utama yang diharapkan oleh Wapres,” ucapnya.

Selain itu, BKKBN juga diminta memetakan daerah yang angka stuntingnya masih tinggi. Hal ini penting agar dapat dilakukan rencana aksi.

2. Penanganan stunting harus dilakukan sedini mungkin

Juru Bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Masduki mengatakan Ma'ruf juga mengingatkan penanganan stunting harus dilakukan sedini mungkin. Bahkan, kata dia, harus dilakukan pranikah.

Sehingga, pasangan yang hendak menikah diberi sosialisasi baik tentang pemenuhan gizi ketika memiliki anak.

“Masing-masing daerah (tentu) punya kearifan lokal sendiri-sendiri. Dengan demikian maka bagaimana ibu-ibu atau pun keluarga dapat mulai dari sejak dini, dengan kearifan lokalnya, memanfaatkan sumber-sumber gizi yang ada di sekitarnya secara maksimal,” katanya.

Baca Juga: Petakan Risiko Stunting, BKKBN Luncurkan Pendataan Keluarga 2021

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya