Dampak El Nino: 6 Orang Tewas di Papua akibat Cuaca Ekstrem
Puncak El Nino diprediksi Agustus sampai September
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), A. Fachri Radjab, mengimbau masyarakat agar mewaspadai fenomena El Nino yang tengah berlangsung di Indonesia.
El Nino merupakan fenomena atmosfer yang dampaknya meliputi global, tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Indonesia sendiri dampak El Nino adalah berkurangnya curah hujan, kekeringan, dan cuaca ekstrem.
"Kalau di Indonesia dampaknnya berkurangnya curah hujan, apalagi musim kemarau. Posisi Indonesia ini kan unik, diapit oleh dua samudera yakni Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, sehingga di satu wilayah bisa kering. Sedangkan di wilayah lain banjir, seperti yang terjadi di Maluku dan Papua," ujar Fachri dalam webinar bertema Waspadai Dampak El Nino, Senin (31/7/2023).
Saat ini, BMKG mengkategorikan 6.999 zona musim, dengan 63 persen sudah terdampak El Nino.
Baca Juga: Jokowi Ingatkan Masyarakat Soal Bahaya El Nino
1. Cuaca dan suhu ekstrem di Papua, enam orang meninggal dunia
Serupa dengan pernyataan BMKG, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menjelaskan dampak yang mungkin terjadi dari fenomena El Nino adalah cuaca dan suhu ekstrem.
Di wilayah Indonesia yakni Papua, kata dia, terjadi hujan es yang membuat tanaman jagung masyarakat mati akibat suhu ekstrem, kelaparan, hingga menyebabkan enam orang meninggal dunia.
Suharyanto menegaskan saat ini pihaknya telah berkerja sama dengan BMKG, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Badan Urusan Logistik (Bulog), untuk mengatasi ancaman kekeringan, agar masyarakat tidak terlalu berat menanggung dampak terjadinya El Nino.
"Fenomena El Nino di Indonesia akan mengalami puncaknya pada Agustus sampai September, sehingga saat ini pemerintah fokus untuk meminimalisir dampak fenomena tersebut, agar tidak terlalu merugikan masyarakat," tambahnya.
Suharyanto menambahkan, dalam rangka menghadapi kekeringan, saat ini di beberapa wilayah, khususnya Jawa Barat, digelar teknologi modifikasi cuaca untuk mengisi danau, sumur, dan daerah-daerah resapan air. Selain itu, juga dibangun sumur bor sebagai sumber air, sehingga saat kekeringan masih ada cadangan air.
Baca Juga: Ada El Nino, Jokowi Perintahkan BUMN dan Gubernur Sediakan Pasar Murah