TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wujudkan Industri Sawit Berkelanjutan, Replanting jadi Jawaban

Replanting tingkatkan produktivitas lahan dan tanaman sawit

Program replanting lahan sawit Asian Agri. (asianagri.com)

Industri kelapa sawit dituntut untuk menerapkan praktik keberlanjutan dalam pengelolaan kebun dan operasionalnya. Salah satu praktik keberlanjutan yang penting guna membantu menjaga keseimbangan iklim adalah dengan tidak membuka lahan baru, melainkan meningkatkan angka produksi buah sawit dengan meremajakan pohon sawit serta penggunaan bibit unggul. 

Agar bisa menerapkan konsep keberlanjutan. Maka dari itu, sangat penting bagi pemerintah dan industri sawit untuk memiliki wawasan lingkungan yang baik.

Meremajakan (replanting) perkebunan sawit menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mewujudkan industri sawit yang berkelanjutan. Yuk, simak lebih banyak tentang konsep replanting ini!

Baca Juga: Jalin Kemitraan, Kunci Sukses Tingkatkan Kesejahteraan Petani 

1. Produktivitas kebun menurun setelah 25 tahun

Program replanting lahan sawit Asian Agri. (asianagri.com)

Tanaman kelapa sawit yang sudah berumur 25-30 tahun mengalami penurunan produktivitas. Karena itu kelapa sawit membutuhkan peremajaan atau yang biasa disebut replanting

Dengan melakukan peremajaan sawit, di luasan lahan yang sama, mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi. Proses ini hanya memakan waktu sekitar 30 bulan, kemudian lahan siap dipanen kembali.

2. Tidak semua petani berani melakukan peremajaan

Program replanting lahan sawit Asian Agri. (asianagri.com)

Meski program replanting ini memberi dampak positif yang nyata, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua petani sawit berani melakukannya. Untuk itu, perusahaan yang bergerak di industri perkebunan kelapa sawit perlu melakukan penyuluhan dan memberi pemahaman yang baik soal program ini.

Asian Agri, salah satu perusahaan pengolahan kelapa sawit terbesar di Indonesia, sudah menjalankan program ini sejak 2016. Bukti keberhasilan program replanting sudah dirasakan oleh Koperasi Unit Desa (KUD) Mulus Rahayu di Kecamatan Delima Jaya, Kabupaten Siak, Riau.

Dalam waktu kurang dari 30 bulan, lahan sawit yang diremajakan telah siap dipanen dengan hasil luar biasa. Hasil panennya pun meningkat dua kali lipat, lho!

3. Menggandakan hasil panen

Program replanting lahan sawit milik KUD Mulus Rahayu dilakukan mulai April 2016. Jika sesuai dengan rencana awal, replanting akan selesai dalam kurun waktu 36 bulan. Menariknya, lahan hasil replanting ini sudah siap dipanen pada Desember 2018, yang artinya kurang dari 30 bulan sejak awal program dimulai.

Hasilnya pun sangat memuaskan sehingga meningkatkan kepercayaan diri para petani untuk mengadopsi program ini. Rata-rata petani KUD Mulus Rahayu berhasil memperoleh hasil 1,5 ton Tandan Buah Segar (TBS) pada satu siklus panen per dua hektare, padahal hasil sebelumnya hanya 750 kg TBS.

4. Penggunaan bibit unggul

Topaz, benih kelapa sawit unggulan Asian Agri. (asianagri.com)

Keberhasilan program replanting tidak lepas dari upaya pengembangan yang dilakukan oleh unit riset khusus milik Asian Agri, yaitu Asian Agri R&D Centre, yang telah menghasilkan bibit sawit unggul bernama Topaz.

Topaz merupakan benih kelapa sawit superior yang berasal dari kombinasi sumber benih di berbagai negara. Benih ini punya keunggulan dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi lahan dan dapat meningkatkan hasil panen.

Baca Juga: Dianggap Mistis, Burung Hantu Terbukti Efektif Mengontrol Hama

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya