Nasib Bisnis Wedding Organizer di Depok Terpuruk Akibat Pandemik
#NormalBaru dan #HidupBersamaCorona
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Depok, IDN Times - Para pelaku bisnis wedding organizer (WO) atau penyelenggara resepsi pernikahan di Depok, Jawa Barat, turut terdampak pandemik virus corona atau COVID-19.
Kondisi bisnis mereka kini ‘mati suri’ sejak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang mensyaratkan menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan. Karena pundi-pundi mereka kini berkurang drastis.
Pelaku bisnis WO di Depok sudah mulai merasakan dampak virus corona sejak penerapan PSBB pada 13 April lalu, yang di dalamnya mengatur ketentuan acara pernikahan hanya boleh dihadiri keluarga inti dan hanya bisa digelar di KUA.
Baca Juga: Nasib Pemulung di Tengah Pandemik, Pemerintah Anggap Sebelah Mata
1. Sepi permintaan, potensi kehilangan pendapatan hingga miliaran rupiah
Kala pandemik menerpa, tak sedikit calon pengantin menunda hari pernikahan mereka. Selain karena was-was jadi celah penularan virus corona, aturan PSBB yang melarang acara resepsi menjadi faktor lain. Imbasnya, pemasukan para pelaku bisnis WO pun ikut terhenti.
Seperti yang dialami WO Kencana Mas, yang bermarkas di Kecamatan Sukmajaya, Depok ini, terakhir kali melaksanakan akad plus resepsi pernikahan sebelum Maret.
“Yang pasti paket wedding di Maret, April, Mei, dan Juni hampir semua di-reschedule dan ada juga yang di-cancel. Tiga bulan ini kami sama sekali gak melakukan acara pernikahan,” kata Humai, pegawai WO Kencana Mas saat dihubungi, Minggu (31/5).
Tingkat permintaan juga menurun drastis. Dengan patokan harga paket pernikahan terbawah senilai Rp130 juta, Humai menaksir potensi kehilangan pendapatan bisa mencapai miliaran rupiah, akibat pandemik virus corona.
“Sebelum masa corona, rata-rata per bulan client deal kurang lebih 20 client. Selama periode Maret-Mei ini yang deal ada lima client,” ujar Humai.
Sepinya permintaan secara otomatis mengganggu kondisi keuangan, dan pada saat bersamaan kondisi para pekerja menjadi rentan. Kata Humai, sedikitnya 70 orang bergantung hidup pada usaha WO. Sebagian berstatus pegawai tetap, dan lainnya lagi pekerja harian.
Mereka yang menjadi pegawai saban bulan masih menerima gaji dengan nominal yang berkurang dari sebelumnya, tetapi sebagian yang pekerja lepas terpaksa harus bertahan hidup dengan cara lain, hingga operasional WO normal kembali.
“Dari WO ini masih memberi gaji kepada mereka, tapi disesuaikan nominalnya. Itu untuk yang karyawan dan mereka yang per job yang sering kasih kontribusinya buat Kencana,” kata Humai.
Baca Juga: Getir Perantau di Depok: Hilang Mata Pencaharian hingga Gadai Barang