Apakah Tragedi KRI Nanggala-402 Ganjal KSAL Jadi Panglima TNI?
KRI Nanggala-402 tenggelam karena isu politik anggaran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Panglima TNI Hadi Tjahjanto akan memasuki masa pensiun pada November 2021. Namun, isu soal siapa penggantinya sudah santer terdengar sejak akhir bulan Mei 2021 lalu.
Meski kepala staf dari tiga matra sama-sama berpeluang untuk gantikan Hadi, tetapi dua nama mulai mencuat dan disebut bersaing ketat. Mereka adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Andika Perkasa dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Yudo Margono.
Menurut peneliti dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi siapa pun yang akan menggantikan Hadi merupakan hak prerogatif Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Jokowi nantinya akan memilih satu nama kepala staf dan diserahkan kepada komisi I DPR untuk dilakukan uji kepatutan dan kelayakan.
Fahmi menilai meski tenggelamnya KRI Nanggala-402 membuat sorotan publik tertuju ke TNI Angkatan Laut, tetapi itu tak membuat Yudo kehilangan peluang untuk dipilih oleh mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Justru sebaliknya, kasus (tenggelamnya) KRI Nanggala-402 menunjukkan adanya persoalan politik anggaran. Final decision mengenai anggaran itu sudah bukan lagi di KSAL, tapi sudah di Kementerian Pertahanan dan DPR," ungkap Fahmi ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Selasa (15/6/2021).
Lagipula, posisi kepala staf angkatan itu sebagai kuasa pengguna anggaran yang bermakna ia hanya dapat menggunakan anggaran yang telah dialokasikan. Sering kali, kata Fahmi, anggaran yang sudah disiapkan oleh Kemhan tidak cukup untuk melakukan perawatan.
Justru, menurut Fahmi, bila Yudo yang terpilih menjadi Panglima TNI, ia akan punya banyak gagasan yang dapat diaplikasikan. Di sisi lain, masih banyak ganjalan yang berpotensi menghalangi langkah Andika jadi Panglima TNI. Apa saja itu?
Baca Juga: Siapa yang Akan Gantikan Hadi Tjahjanto Jadi Panglima TNI?
Baca Juga: 7 Potret Desain Monumen untuk Kenang Tragedi KRI Nanggala 402
1. Andika Perkasa di-endorse oleh AM Hendropriyono yang notabene mertuanya
Bila ditelusuri rekam jejaknya, Andika diketahui merupakan menantu mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono. Ia menikahi putri Hendro, Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati. Maka, santer terdengar isu Hendro sudah mulai melobi Istana agar menantunya yang dipilih menggantikan Hadi sebagai Panglima TNI.
Sedangkan, Hendro merupakan salah satu purnawirawan yang mendukung Jokowi dalam pemilu 2014 dan 2019. Dalam pandangan Fahmi, sosok Andika tak bisa dilepaskan dari bayang-bayang Hendro.
"Sosok ayah mertuanya justru terlihat sebagai endorser dan juga barrier," kata Fahmi.
Ia mengatakan dalam dunia politik tak mungkin publik bisa mengabaikan variabel bahwa Hendro juga memiliki kepentingan menantunya agar terpilih jadi Panglima TNI. Meskipun ia tak menampik peluang Andika jauh lebih besar terpilih bila pergantian Panglima TNI dilakukan dalam waktu dekat.
"Sedangkan, bila pergantian Panglima TNI ditunda maka sangat berdampak pada peluang keterpilihan Andika," tutur dia.
Hal tersebut disebabkan Andika akan pensiun dari TNI pada 2022. Sementara, Yudo masih memiliki waktu untuk mengabdi 2,5 tahun lagi. Bagi Yudo, tidak ada masalah bila pergantian Hadi dilakukan dalam waktu dekat atau jelang mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara memasuki masa pensiun.
Editor’s picks
Hal lain yang jadi catatan yakni Yudo tak terlihat memiliki endorser yang kuat layaknya Andika. Dengan begitu, maka persepsi yang terbentuk yaitu Yudo dianggap sebagai orangnya Jokowi.
"Bagi saya tak ada keraguan soal loyalitas Yudo Margono. Apalagi tak ada 'perantara' dalam hubungan hirarkis itu," katanya lagi.
Baca Juga: KRI Nanggala-402 Tenggelam di Dasar Laut dalam Waktu 90 Detik