TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhat Eks Pimpinan KPK: Pengusutan Teror Bom ke Rumah Saya Tak Jelas

"Kita pasrahkan saja kepada Allah"

(Ilustrasi teror pimpinan KPK) IDN Times/Sukma Shakti

Jakarta, IDN Times - Tidak hanya Novel Baswedan yang mengalami ketidakadilan dalam menghadapi proses hukum. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2015-2019, Laode M. Syarif turut menjadi korbannya. 

Pengusutan teror di kediamannya di daerah Kalibata Jakarta Selatan tak lagi jelas kelanjutannya. Padahal, pada Januari 2019 lalu, kediamannya dilempar dua bom molotov oleh orang yang tidak dikenal. Satu bom molotov sempat mengenai dinding rumah dan membuat warna cat jadi menghitam. 

Sementara, satu bom molotov lainnya ditemukan oleh sopir Syarif masih dalam kondisi api menyala. Beruntung, bom molotov itu berhasil dijinakan dan tak mengenai satu pun anggota keluarga Syarif. 

"Penyerangan ke rumah saya dan Agus Rahardjo, hingga kini kelanjutan kasusnya juga gak jelas. Saya sudah diperiksa, tapi tidak ada tindak lanjutnya," ungkap Syarif ketika berbicara di program Ngobrol Seru IDN Times dengan tajuk: "Keadilan dan Penegakan Hukum Kasus Novel Baswedan" pada Selasa (16/6). 

Menurut Syarif, ia sudah mengetahui pelakunya namun tak ingin mengungkapnya ke publik. Mantan pengajar di Universitas Hasanuddin itu memilih polisi yang menyampaikannya. 

"Kita pasrahkan saja kepada Allah," tutur dia lagi. 

Teror yang dialami oleh Syarif dan Agus menambah deret panjang ketidakadilan yang dialami oleh para pegawai KPK. Apa saja deretan teror yang mereka alami?

Baca Juga: 20 Hari Sudah Berlalu, Apa Kabar Pelaku Teror di Rumah Pimpinan KPK?

1. Teror yang dialami oleh para pegawai KPK tak bisa dianggap sebagai serangan biasa

(Rumah eks pimpinan KPK Laode M Syarif) IDN Times/Santi Dewi

Dalam program itu, Syarif menggaris bawahi, teror yang dialami oleh para pegawai KPK tidak bisa dianggap sepele dan tindak kejahatan biasa. Sebab, teror tersebut biasanya berkaitan dengan kasus yang sedang mereka tangani di komisi antirasuah. 

"Bahkan, setelah rumah saya diserang, takutnya ada kaitannya dengan penyerangan ke Novel. Itu Novel sempat mengatakan begitu," ungkap Syarif pada Selasa sore kemarin. 

Ia mengatakan sudah dimintai keterangan oleh polisi. Bahkan, kediamannya sempat dijaga oleh polisi selama beberapa hari. Syarif sempat dijanjikan akan ada perkembangan pengusutan oleh Idham Azis yang ketika peristiwa teror tersebut menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya. Tetapi, hingga kini hasilnya nihil. 

2. Eks piminan KPK berharap negara memberi perlindungan kepada aparat penegak hukum

(Wakil Ketua KPK Laode M Syarif) IDN Times/Aldilla Muharma

Di dalam diskusi itu, Syarif turut berharap kepada pemerintah agar memberikan perlindungan kepada semua aparat penegak hukum yang sedang bekerja. Ia mengisahkan ketika tengah menangani suatu perkara korupsi besar yang berkolaborasi dengan Biro Federal Investigasi AS (FBI), KPK diberi penghargaan oleh institusi Negeri Paman Sam itu atas kerja ciamiknya membongkar perkara hingga ke luar Indonesia. 

Penghargaan itu bahkan disampaikan sendiri oleh perwakilan FBI ke para penyidik yang bertugas di komisi antirasuah. Syarif turut menyampaikan kepada FBI, Novel yang menjadi bagian dari tim penyidikan tersebut mengalami teror air keras. 

"Lalu, orang FBI nya mengatakan bila itu terjadi di negara kami, maka semua pihak akan turun tangan karena itu merupakan penyerangan kepada badan penegakan hukum secara keseluruhan," tutur Syarif menirukan kalimat petinggi FBI yang berkunjung ke kantor KPK. 

Di hadapan pejabat FBI, Syarif berkata jujur bahwa yang bisa dilakukan oleh penegak hukum di Indonesia hanya mengandalkan doa dan perlindungan dari Tuhan semata. 

"Terus dikomentari oleh orang FBI: 'wah, pekerjaan kalian berat sekali ya." ujarnya lagi. 

Baca Juga: Wadah Pegawai: KPK Sudah Dapat Teror Sebanyak 9 Kali

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya