Gibran Pilih Meniru Cara Kerja Luhut Ketimbang Jokowi, Kenapa?
"Semua urusan selesai di tangan Beliau"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka tak menjadikan sang ayah, Presiden Joko "Jokowi" Widodo, sebagai panutan dalam bekerja. Ia justru lebih tertarik terhadap cara bekerja Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Menurutnya, cara kerja Luhut cepat dan permasalahan yang dihadapi berhasil diatasi.
"Pak Luhut itu kan disebut sebagai menteri segala urusan. Tapi, semua urusan selesai di tangan Beliau dan Beliau orangnya keras. Saya maunya ini besok selesai, gak mau tahu. Beliau pasti di akhir tiap rapat bilang begitu," ungkap Gibran dalam wawancara khusus program Real Talk bersama Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis di Solo, Kamis 16 Maret 2023.
Gibran tak menampik gaya kepemimpinan Luhut memang keras, tapi pada akhirnya semua tugas selesai. "Dan tidak ada kompromi. Keras tapi semua selesai, wah itu saya kira Beliau top banget," kata dia dengan ekspresi kagum.
Sosok lain yang ia puji memiliki cara kerja efektif adalah Menteri BUMN Erick Thohir. Hal itu lantaran ia dan Erick sama-sama pengusaha. Ketika mereka bertemu pun, isi curhatnya sama.
"Kami kan sama-sama belajar lah. Bagaimana dari swasta (beralih) ke birokrasi. Beliau adaptasinya super cepat di birokrasi. Kalau swasta kan pengennya cepat-cepat, tabrak regulasi dulu yang penting jalan. Kalau di sini (birokrasi pemerintah) gak bisa," ujarnya lagi.
Dari Erick, kata Gibran, ia belajar bagaimana bekerja bisa tetap cepat namun sesuai aturan serta regulasi yang ada. Lalu, mengapa Gibran tak tiru cara kerja Jokowi?
Baca Juga: Meski Anak Presiden, Gibran Akui Proyeknya Sering Ditolak Kementerian
1. Gibran nilai pendekatan humanis ala Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima terlalu lama
Salah satu cara kerja Jokowi yang dikritisi oleh Gibran yakni memilih pendekatan humanis ketika merelokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) Taman Banjarsari. Jokowi saat itu memilih mengajak 989 pedagang untuk makan bersama. Jokowi butuh 54 kali bertemu dengan 11 paguyuban PKL Taman Banjarisari, baru mereka bersedia pindah.
Sementara, Gibran tidak menggelar acara makan bersama. "Bagi saya pindah ya pindah. Makanya banyak yang protes sekarang. Ya, gak apa-apa. Namanya pembangunan pasti ada relokasi dan lain-lain. Tapi, itu kan untuk kepentingan yang lebih besar," kata dia.
Menurutnya, bila menghabiskan 50 kali sesi makan dengan pedagang lalu baru mereka bersedia pindah, akan membuang waktu. "Ya, nanti habis keburu sudah 2024. Saya (memimpin) satu periode tidak genap lima tahun lho. Tiga tahun, itu pun sudah dikurangi 1,5 tahun karena COVID-19," ujarnya.
Maka, bagi Gibran yang terpenting kecepatan dalam bekerja. Ia pun menggarisbawahi bahwa harapan orang-orang agar ia memiliki cara bekerja sama dengan sang ayah, akan kecewa.
"Karena saya dengan ayah saya berbeda," tutur dia lagi.
Editor’s picks
Baca Juga: Gibran Ungkap Tak Ada Grup WhatsApp di Keluarga Jokowi