TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemenhan Ungkap Mayoritas Jet Tempur Indonesia Berusia 20 Tahun

Enam unit jet tempur Rafale nilainya Rp15,7 triliun

Ilustrasi Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur (www.tni-au.mil.id)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan mengungkap salah satu alasan pemerintah melakukan pembelian jet tempur karena mayoritas alutsista yang dimiliki Indonesia sudah berusia di atas 20 tahun. Sehingga, untuk memperkuat armada di TNI Angkatan Udara, dilakukan modernisasi. Salah satunya dengan membeli enam jet tempur Rafale buatan Prancis. 

"Keterbatasan beberapa suku cadang pesawat serta jenis dan jumlah peluru kendali juga menyebabkan kesiapan tempur pesawat F16 dan Sukhoi Su27 dan 30 tidak maksimal," ungkap Sekretaris Jenderal Kemenhan, Marsekal Madya TNI Ernawan Taufanto, seperti dikutip dari kantor berita ANTARA, Sabtu (19/2/2022). 

Ia menjelaskan, saat ini Indonesia hanya mengandalkan 33 pesawat F-16 AM, BM, C dan D, yang sudah berusia lebih dari 30 tahun. Kemudian, 16 pesawat Sukhoi Su 27 dan Su 30 dengan usia hampir 20 tahun sebagai pesawat tempur utama.

Ernawan menambahkan jet tempur F5 yang dimiliki Indonesia sudah tidak lagi dioperasikan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, hingga saat ini penggantinya belum ada. Begitu juga dengan pesawat Hawk 100/200 yang sudah berusia lebih dari 25 tahun. 

"Dalam kondisi tingkat kesiapan yang rendah, tentu akan memasuki masa purna tugas dalam beberapa tahun ke depan," kata dia lagi. 

Itu sebabnya, kata Ernawan, sudah menjadi kewajiban Kemehan merencanakan pembelian jet tempur yang dapat dioperasikan hingga 2030 dan 2040. Sebelumnya, pembelian jet tempur dalam jumlah besar dikritik oleh sejumlah pihak. Apalagi kondisi perekonomian Indonesia belum pulih akibat pandemik COVID-19. 

Apa dampaknya bila Menhan Prabowo Subianto tidak membeli alutsista baru udara pada periode 2019 - 2024 ini?

Baca Juga: Eks KSAU: RI Dulu Beli 4 Jet Tempur Sukhoi Su-27 karena Diembargo AS

1. Bila tidak diganti, wilayah udara RI mudah dibobol pesawat asing

Ilustrasi jet Rafale buatan Prancis (www.aa.com.tr)

Analis militer dari Lab 45, Andi Widjajanto, menilai hal yang dilakukan Menhan Prabowo telah sesuai dengan Renstra Pertahanan hingga 2024. Ia menjelaskan ketika renstra disusun Menhan Juwono Sudarsono, tertulis bahwa Indonesia membutuhkan 10 hingga 12 skadron tempur.

Satu skadron tempur idealnya berisi 12 hingga 24 pesawat. Tetapi, hal itu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing negara. Artinya, idealnya Indonesia memiliki 120 jet tempur. 

"Sementara, saat ini kita baru memiliki tiga skadron tempur yang siap beroperasi. Kalau dirinci ada dua F-16, Sukhoi Su-27 dan Sukhoi Su-30. Jadi, kalau nanti Rafale tiba bisa menambah tiga skadron lagi," ungkap Andi kepada media pada Sabtu, 12 Februari 2022. 

Menurut Andi, Indonesia mendesak butuh penambahan jet tempur. Sebab, wilayah udara yang harus dijaga di Indonesia seluas wilayah udara Amerika Serikat. Sementara, Indonesia diketahui memiliki empat titik panas yang harus dijaga yaitu Malaka, Natuna Utara, Ambalat, Biak serta Arafuru. 

"Jadi, pesawatnya nanti akan disebar di 6 pangkalan udara yang akan dikendalikan oleh tiga komando operasi udara. Memang sejak awal pendekatannya itu berbasis kapabilitas," tutur dia lagi.

2. Pembelian jet tempur F-15EX rencananya untuk gantikan F-5 yang sudah tua

Ilustrasi jet tempur F-15EX produksi Boeing yang bakal diboyong oleh Indonesia (www.boeing.com)

Andi menambahkan, pembelian F-15EX rencananya untuk menggantikan F-5 yang juga buatan Negeri Paman Sam. Sedangkan, fungsi dari pembelian Rafale untuk penambahan skadron tempur baru. 

"Semula, yang difungsikan untuk menggantikan F-5 di era Ryamizard Ryacuddu adalah Sukhoi. Tetapi, tidak berlanjut lantaran ketidaksepakatan soal imbal dagang," kata dia. 

Ia menjelaskan pendekatan yang dibangun untuk menyusun Renstra 2024 bukan berbasiskan ancaman, tetapi kapabilitas menutup ruang udara yang terdapat empat titik panas. Bila celah itu tidak segera ditutup, maka bila ada pihak asing yang menerabas wilayah udara Indonesia, TNI AU tidak akan mampu berbuat banyak. 

"Saat ini kan posisi terdekat misalnya untuk menjaga Natuna harus ditarik dari Hasanuddin. Itu jaraknya jauh sekali bila terjadi sesuatu di Natuna," ungkapnya. 

Andi mengatakan berdasarkan pengamatannya, Menhan Prabowo sejak awal sudah fokus kepada empat jenis jet tempur termasuk KFX yang diproduksi bersama Korea Selatan dan Rafale. Semula, Indonesia menginginkan untuk membeli jet tempur terbaru yakni F-35. 

Namun, menurut Pemerintah AS, Indonesia belum bisa membeli jet tempur generasi 5 itu. Mereka harus membeli lebih dulu pesawat generasi 4,5. F-15EX ini dianggap kandidat ideal.

Baca Juga: Kemenhan: Harga Kontrak 6 Jet Tempur Rafale Mencapai US$1,1 Miliar

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya