TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Komnas HAM Desak KKB Segera Bebaskan WNA Pilot Susi Air

Penyanderaan pilot Susi Air semakin memperburuk situasi

KKB pimpinan Egianus Kogoya menyandera pilot Susi Air, Kapten Kapten Philip Mark Merthens. (IDN Times/Istimewa)

Jakarta, IDN Times - Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mendesak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) segera membebaskan Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrten.

Kapten Philip dijadikan sandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) itu sejak 7 Februari 2023 lalu. Pesawat Susi Air yang dikemudikan Kapten Philip dibakar oleh KKB usai mendarat di Paro, Kabupaten Nduga. 

TNI kemudian mencoba mendekati lokasi di mana Kapten Philip disandera pada 15 April 2023 lalu. Namun, keberadaan mereka diketahui oleh KKB. Empat prajurit Kostrad akhirnya gugur, termasuk Pratu Miftahul Arifin yang terjatuh ke jurang sedalam 15 meter. 

Ketua Komnas HAM, Atnike Nova Sigiro, menyampaikan duka cita mendalam atas korban jiwa dan luka yang menimpa prajurit TNI. Khususnya Pratu Miftahul Arifin dari Satgas Kostrad Yonif R321/GT. 

"Kami menyesalkan tindakan dari TPNPB-OPM atas penyanderaan pilot Susi Air, Kapten Philip Mehrten yang semakin memperburuk situasi keamanan dan menghambat upaya-upaya damai dalam mendorong pemajuan dan pelindungan HAM di Papua," ungkap Atnike dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (20/4/2023). 

"Kami juga mendesak TPNPB-OPM segera melepaskan Philip Mehrten selaku warga asing yang tidak ada kaitannya dengan persoalan Papua," tutur dia lagi. 

Desakan serupa juga sudah disampaikan CEO PT Susi Air, Susi Pudjiastuti. Ia menyebut, dengan menyandera Kapten Philip, justru masyarakat Papua yang dirugikan. 

Lalu, apa saran yang diberikan oleh Komnas HAM agar situasi di Papua bisa kembali kondusif?

Baca Juga: Pratu Miftahul Arifin Gugur Saat Penyelamatan Pilot Susi Air di Mugi

Baca Juga: Susi Pudjiastuti Minta KKB Bebaskan Pilot Susi Air Tanpa Syarat

1. Komnas HAM minta semua pihak menahan diri merespons situasi di Papua

Ketua Komisioner Komnas HAM periode 2022-2027, Atnike Nova Sigiro. (IDN Times/Santi Dewi)

Salah satu masukan yang disampaikan oleh Komnas HAM yakni mengajak semua pihak untuk menahan diri dalam merespons situasi di Papua. Tujuannya, agar konflik tidak semakin meningkat. 

"Kami juga meminta pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk TNI dan Polri untuk memastikan jaminan perlindungan kepada masyarakat sipil yang terdampak langsung," kata dia. 

Komnas HAM juga mendukung upaya pemerintah termasuk TNI dan Polri dalam penyelamatan Philip Mehrten dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Selain itu, langkah yang diambil oleh TNI dan Polri harus tetap proporsional untuk mencegah meluasnya konflik dan bertambahnya korban jiwa. 

Selain, Pratu Miftahul Arifin, TNI juga berhasil mengevakuasi tiga jenazah prajurit TNI lainnya. Operasi untuk membebaskan Pilot Susi Air ini telah menyebabkan empat prajurit gugur. 

Baca Juga: Kronologi Penyerangan KKB terhadap Anggota TNI di Papua

2. Operasi untuk menyelamatkan pilot Susi Air tetap dilanjutkan

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Julius Widjojono (www.tnial.mil.id)

Sementara, Mabes TNI menyebut operasi untuk menyelamatkan pilot Susi Air akan terus berlanjut meski sudah ada empat prajurit TNI yang gugur. 

Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda Julius Widjojono, mengatakan, Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono telah memerintahkan untuk tetap melanjutkan operasi penyelamatan. 

“Operasi tetap dilanjutkan. Perintah Panglima TNI jelas. Tegas, tidak usah ragu-ragu,” kata Laksda Julius dalam keterangan resmi, Rabu (19/4/2023). 

Julius menjelaskan, pihak TNI akan meningkatkan operasi penyelamatan pilot Susi Air tersebut. Saat ini, menurutnya, area lokasi penyanderaan korban juga sudah makin mengerucut sehingga operasi diharapkan makin tajam dan optimal. 

Julius menambahkan, operasi penyelamatan itu tetap dilakukan dengan mengedepankan sifat humanis demi meminimalkan jatuhnya korban jiwa. Namun demikian, kata dia, terkait strategi operasi serta jumlah personel yang dikerahkan bersifat rahasia sehingga tidak bisa disampaikan ke publik. 

Baca Juga: Panglima TNI Yudo Gunakan Operasi Siaga Tempur untuk Lawan KKB

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya