Masih Tersisa 3 Tahun, Jokowi Perlu Sosok Juru Bicara?
Kini, terlalu banyak suara di Istana atas nama presiden
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Posisi juru bicara Presiden Joko "Jokowi" Widodo kini sedang lowong. Sebab, Fajdroel Rachman yang sebelumnya menjabat sebagai juru bicara diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan. Tanda tanya kini muncul di benak publik, apakah posisi yang ditinggalkan oleh Fadjroel masih perlu untuk diisi.
Pakar komunikasi politik, Hendri Satrio, menilai Jokowi masih perlu juru bicara untuk sisa tiga tahun kepemimpinannya ke depan. Namun, ia menyarankan agar komunikasi di Istana bisa lebih tertib setelah juru bicara baru ditunjuk.
"Kalau saat ini kan terlalu banyak pihak yang bersuara atas nama Istana. Nanti, bila sudah dipilih juru bicara baru harus dipatuhi aturan tersebut, sehingga tidak perlu terlalu banyak mulut untuk bersuara atas nama Istana," ungkap Hendri kepada media pada Kamis, 28 Oktober 2021.
Di sisi lain, ia mengakui Jokowi adalah sosok komunikator yang andal. Tetapi, peran jubir di sini, kata Hendri, bertugas menyampaikan pesan atau klarifikasi yang datang langsung dari presiden.
"Tetapi, Istana juga harus menetapkan dulu bahwa jubirlah orang satu-satunya yang berhak berbicara atas nama presiden," kata dia.
Lalu, apa kriteria ideal untuk menjadi jubir presiden?
Baca Juga: Mengenal Sosok Fadjroel Rachman, Stafsus Jokowi dari PT Adhi Karya
1. Seorang jubir harus rutin berinteraksi dengan presiden
Juru bicara Jokowi periode 2016 hingga 2019, Johan Budi Sapto Prabowo, sepakat Istana harus lebih dulu mendefinisikan apa makna juru bicara. Apakah juru bicara berbicara mewakili pemerintah atau presiden secara personal.
Di sisi lain, Johan tak menampik banyak orang di lingkaran Istana yang berbicara ke publik. Staf khusus yang berbicara ke publik dan mengatasnamakan presiden tidak hanya Fadjroel, ada pula staf khusus lainnya.
"Staf khusus dari Mensesneg juga ikut berbicara atas nama Pak Jokowi. Sedangkan, di KSP (Kantor Staf Presiden), Deputi pun ikut ngomong. Tenaga ahli di KSP pun ngomong juga. Seolah-olah mereka mewakili dan memahami betul Pak Jokowi," kata Johan ketika dihubungi IDN Times pada Kamis, 28 Oktober 2021.
Ia mengaku tidak yakin orang-orang yang berbicara atas nama presiden rutin berbincang dengan orang nomor satu di Indonesia itu. "Bagaimana mungkin mereka bisa menjelaskan ke publik mengenai apa yang diinginkan oleh Presiden Jokowi," tutur pria yang kini duduk sebagai anggota Komisi III di DPR dari Fraksi PDI Perjuangan itu.
Maka tak heran, Johan menambahkan, bila ada pernyataan yang mengatasnamakan Istana justru diralat di kemudian hari oleh orang dari Istana sendiri. Ke depan, Johan berharap setelah ditunjuk juru bicara baru, tidak ada lagi orang yang berbicara ke publik mengatasnamakan presiden.
Baca Juga: Jubir Jokowi Fadjroel Rachman Akan Dilantik Jadi Dubes Hari Ini