TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masinton Ungkap Otak di Balik Isu Penundaan Pemilu, Minta Luhut Mundur

PDIP sampai mundur dari pembahasan amandemen UUD 1945

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan (Instagram.com/luhut.pandjaitan)

Jakarta, IDN Times - Politikus PDI Perjuangan Masinton Pasaribu meminta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, secara ksatria mengundurkan diri dari kabinet Indonesia Maju. Hal itu lantaran ia dianggap telah menyampaikan kebohongan publik soal big data 110 juta orang yang ingin agar Pemilu 2024 ditunda. Sementara, setiap kali ditagih sumber big data tersebut, Luhut ogah mengungkapnya. 

"Saya meminta sikap ksatria Beliau saja (untuk mundur). Kalau sikap Presiden itu sudah secara jelas dan gamblang berkali-kali (menyampaikan penolakan), bahkan kemarin dalam rapat terbatas kabinet mengatakan untuk mengatasi situasi kegaduhan. Itu rapat kabinet hari Minggu. Presiden menyampaikan tidak ada agenda perpanjangan masa jabatan presiden hingga tiga periode," ungkap Masinton kepada media di Jakarta, Selasa 12 April 2022 lalu. 

Bahkan, menurut Masinton, Presiden Joko "Jokowi" Widodo tetap konsisten bersama DPR akan melaksanakan pemilu pada 14 Februari 2024. Bahkan, salah satu poin penting yang dibahas yakni soal anggaran. 

Masinton bahkan tidak tanggung-tanggung menyebut Luhut sebagai biang kegaduhan dan penyebab mahasiswa turun ke jalan untuk berdemo pada Senin, 11 April 2022 lalu.

"Bahwa ada agenda tersembunyi untuk melakukan amandemen konstitusi lalu menambah periode masa jabatan presiden," kata dia. 

Menurut Masinton, tuduhannya itu tidak dibuat-buat. Bahkan, operasi untuk tetap mengampanyekan agar masa jabatan presiden ditambah dikomandoi oleh Luhut. 

"Ketua umum partai kan sudah bicara (mereka bertemu Pak Luhut). Kan mereka juga sudah jelas mengaku," tutur Masinton. 

Apa tanggapan Luhut ketika didesak oleh partai penguasa untuk mundur dari kursi Menko?

Baca Juga: Luhut Disebut Prime Minister, Politikus PPP: Sering Bicara Nontupoksi

1. PDIP memutuskan mundur dari agenda amandemen UUD 1945 karena khawatir ada penyusup

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan keterangan pers usai pengukuhan dirinya sebagai Ketua Umum PDIP periode 2019-2024 dalam Kongres V PDI Perjuangan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (8/8/2019). Megawati Soekarnoputri terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode 2019-2024 (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Lebih lanjut, Masinton mengakui bahwa ada instruksi langsung dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar PDIP mundur dari pembahasan amandemen UUD 1945 di MPR.

Padahal, semula PDIP mendukung amandemen untuk memasukkan poin mengenai Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN). Menurut Masinton, alasan PDIP memutuskan menarik diri karena tahu ada agenda untuk menyusup ke dalam program amandemen, lalu yang diubah soal durasi masa jabatan presiden. 

"Kami sampai harus mengorbankan agenda yang strategis (amandemen PPHN). Kita tarik dulu. Politik itu kan sama seperti dunia intelijen, gak perlu harus dirasa, tapi aromanya bisa dicium," tutur Masinton. 

Ia menambahkan, PDIP memilih mundur sejenak sambil mengatur ulang strategi. Partainya, kata Masinton, tidak ingin sistem ketatanegaraan sampai hancur. 

"Kami ingin konstitusi dijadikan panduan atau rambu dalam bernegara. Itu yang kerap disampaikan oleh Mba Puan Maharani sebagai Ketua DPR. Beliau sudah menyampaikan agenda pemilu sudah disepakati antara pemerintah dan DPR yakni 14 Februari 2024," katanya lagi. 

2. Otak wacana penundaan Pemilu 2024 diminta muncul ke publik untuk minta maaf

Menteri Koordinator bidang kemaritiman dan investasi Luhut Pandjaitan, ketika didemo oleh BEM se-Universitas Indonesia (UI) pada Selasa, 12 April 2022. (www.instagram.com/@luhut.pandjaitan)

Lebih lanjut, Masinton mendesak agar Luhut bertanggung jawab atas isu yang sudah ia lempar ke publik. Salah satunya soal big data 110 juta warga sepakat Pemilu 2024 ditunda. 

"Itu kan pernyataan Pak Luhut sudah membuat gaduh. Sehingga, anak-anak muda keluar dari kampus lalu menyampaikan protes. Kita harus memaknai protes dari mahasiswa sebagai bentuk penolakan terhadap sikap yang semena-mena," kata Masinton. 

Ia menyebut, sejumlah elite di lingkaran Istana mencoba memaksakan agenda pribadinya kepada rakyat. Masinton pun mendesak agar pihak-pihak yang menjadi otak di balik kampanye penundaan Pemilu 2024 dan penambahan masa jabatan presiden tampil ke publik. Lalu, ia menjelaskan bahwa kampanye tersebut bukan keinginan Presiden. 

"Perancang itu harusnya mengakui bahwa agenda itu bukan dari Presiden dan saya sudah bikin gaduh. Mohon maaf dan saya dengan ksatria harus berhenti dari jabatan saya," ujarnya memberikan usul bagi Luhut. 

Baca Juga: Luhut ke BEM UI: Saya Tak Pernah Katakan Presiden 3 Periode

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya