Namanya Diunggulkan Jadi Cawapres, Mahfud: Penentunya Ada di Parpol
Mahfud belajar dari pengalaman gagal jadi cawapres di 2019
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD mengaku tidak mau terlalu percaya diri meski namanya kini kembali masuk bursa bakal calon wakil presiden. Nama Mahfud masuk lima besar bakal cawapres versi survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang dirilis pada 4 Juni 2023.
Hasil survei IPI menunjukkan, Mahfud ada di posisi keempat dengan elektabilitas 11,8 persen. Sementara, di atas Mahfud terdapat Sandiaga Uno (12 persen), Ridwan Kamil (14,8 persen) dan Erick Thohir (14,8 persen). Itu ketika responden IPI yang mencapai 1.230 diminta memilih dari 22 nama bakal cawapres.
Ketika pilihannya dibatasi menjadi 18 nama, posisi Mahfud lebih baik. Ia ada di posisi ketiga dengan elektabilitas 13,4 persen. Di atas Mahfud terdapat Ridwan Kamil (15,4 persen) dan Erick Thohir (15,5 persen).
Menanggapi hasil survei tersebut, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mencoba realistis. "Survei itu berlaku pada rentang waktu survei. Kalau survei di waktu yang berbeda, maka bisa saja hasil surveinya juga berbeda," ungkap Mahfud di dalam keterangan tertulis pada Kamis (8/6/2023).
Ia pun tak ingin terburu-buru kembali menyimpulkan bahwa peluangnya pada 2024 terbuka lebih lebar untuk menjadi bakal cawapres. Mahfud benar-benar belajar dari pengalaman pahit dalam pilpres 2019 lalu. Menurut Mahfud, penentu akhirnya apakah ia bakal maju menjadi bakal cawapres ada di tangan partai politik.
"Harus diingat yang menentukan pasangan capres atau cawapres itu parpol atau koalisi parpol. Parpol menentukan nama pasangan bukan semata-mata berdasarkan hasil survei. Ada juga pertimbangan mengenai kapabilitas, integritas hingga rekam jejak," katanya lagi.
Apa rencana Mahfud bila dalam pemilu 2024 tidak ada satu pun parpol yang meminangnya?
Baca Juga: Namanya Dipasangkan dengan Ganjar di 2024, Mahfud: Itu Bunga Demokrasi
1. Belajar dari pengalaman pemilu 2019, Mahfud tak lagi ngoyo jadi bakal cawapres
Lebih lanjut, Mahfud mengatakan saat ini ia melihat saja perkembangan dunia politik yang sedang berlangsung. Mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Gus Dur itu tak akan langsung memberikan jawaban dengan menolak atau siap menerima kembali pinangan untuk menjadi bakal cawapres.
"Ini harus disyukuri sebagai hal yang positif dari perkembangan demokrasi. Itu lepas dari soal calonnya saya atau tidak. Tapi, kalau dibandingkan di zaman Pak Harto, mekanisme seperti ini gak ada," ungkap Mahfud ketika diwawancara Najwa Shihab dan dikutip dari YouTube pada Kamis (8/6/2023).
"Dulu itu, gak boleh ada orang yang menyebut nama orang lain sebagai calon. Bisa-bisa disikat habis," tutur dia.
Ia memastikan akan ada waktu dan tempat baginya untuk menentukan keputusan. Momen tersebut, kata Mahfudm masih lama.
"Ini kan masih lempar-lemparan bola," ujarnya lagi.
Ia mengakui juga tidak ngoyo mengejar posisi bakal cawapres di pemilu 2024. Belajar dari pengalamannya pada 2019 lalu, ketika ia mengajar posisi itu, justru malah tidak direstui oleh Tuhan.
"Kan saya sudah punya pengalaman, jabatan seperti itu kalau dikejar terkadang gak dapat. Kalau kita duduk-duduk saja terkadang malah dapat. Ya, itu sudah ada yang ngatur," katanya.
Editor’s picks
Baca Juga: Tolak Tawaran Jadi Cawapres Anies, Mahfud: Biar Koalisi Tidak Pecah