TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peleburan Eijkman Diklaim Tak akan Ganggu Riset Vaksin Merah Putih

Vaksin Merah Putih direncanakan untuk vaksin booster

Ilustrasi pintu masuk menuju ke Lembaga Biomolekuler Eijkman (LBM) di Salemba, Jakarta Pusat (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.)

Jakarta, IDN Times - Kepala Lembaga Biomolekuler (LBM) Eijkman 2014-2021, Amin Soebandrio, mengatakan pengembangan Vaksin Merah Putih akan terus berlanjut meski Eijkman dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Janji itu sempat disampaikan kepada Amin oleh para pimpinan BRIN.

Apalagi Vaksin Merah Putih merupakan bentuk terobosan kemandirian Indonesia dalam menghadapi pandemik COVID-19. Vaksin Merah Putih rencananya bakal dimasukan ke dalam daftar merek vaksin yang digunakan untuk booster pada 2022.

"Pimpinan menjanjikan pengembangan Vaksin Merah Putih akan terus dilanjutkan dan dibiayai oleh BRIN. Sekarang, masalahnya ada di industri menyangkut bagaimana gono gininya, pembagian pembiayaan, kemudian kalau ada royalti bagaimana pembagiannya," ungkap Amin ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon, Selasa (4/1/2022). 

Ia menambahkan, para peneliti di Eijkman akan tetap memenuhi komitmen mereka. Sebab, biar bagaimana pun, Indonesia harus mampu memproduksi vaksin sendiri.

"Sehingga pada akhirnya nanti, Indonesia bisa memenuhi 50 persen kebutuhan vaksinnya dengan produksi dari dalam negeri," kata dia lagi. 

Kelanjutan pengembangan vaksin dengan teknologi inactivated virus Sars-CoV-2 itu sempat menjadi tanda tanya, lantaran 80 persen dari 120 peneliti di Eijkman berstatus non-ASN. Sedangkan, dalam proses peleburan Eijkman dengan BRIN, instansi pelat merah itu hanya mau mengangkut peneliti yang telah berstatus ASN. 

Maka, pada pekan ini mayoritas peneliti non-ASN itu diberhentikan dari pekerjaannya. Padahal, sebagian dari mereka terlibat dalam Tim Waspada COVID-19 Eijkman yang juga mengembangkan Vaksin Merah Putih.

Lalu, bagaimana nasib Eijkman ke depannya? Apakah hal ini menyebabkan para peneliti Indonesia yang tengah berada di luar negeri menjadi enggan kembali ke Tanah Air?

Baca Juga: Dilebur dengan BRIN, Eijkman Tak Bisa Lagi Teliti Genome COVID-19

1. Semua kegiatan penelitian dipusatkan di BRIN, peneliti bekerja dengan konsep co-working space

Gedung Genomik yang dibangun di Cibinong, Bogor (ANTARA FOTO)

Amin menjelaskan, tidak hanya Eijkman yang melebur ke dalam BRIN, tetapi semua aktivitas penelitian. Termasuk unit litbang yang berada di kementerian atau instansi lain. Diperkirakan bakal ada 15 ribu pegawai yang bergabung ke BRIN. 

"Jadi, kegiatan dan sebagian pegawainya dialihkan ke BRIN. Mereka menjadi pegawai BRIN," ungkap Amin. 

Selain menggabungkan pegawai, BRIN juga menggabungkan peralatan yang tersebar di berbagai penelitian. Ia menyebut, konsep yang dianut dalam bekerja semacam co-working space, di mana ruangan dan peralatannya dipakai bersama-sama. 

Namun, penggunaan ruangan dan peralatan yang dipakai bersama ini bukan tanpa risiko. Sebab, bisa saja kata Amin, ada kebocoran dari hasil penelitian lantaran laboratorium menjadi tidak lagi higienis.

"Teknis pengaturan (peralatan dan ruangan) secara detail, belum saya pahami seperti apa. Tetapi, informasi awal, itu akan dikelola oleh salah satu badan, seperti deputi infrastruktur. Jadi, siapa yang butuh alat A, nanti didaftarkan. Ketika gilirannya tiba, alat itu bisa digunakan," tutur Amin. 

Sementara, lokasi Eijkman nanti akan dipindahkan ke Gedung Genomik yang saat ini sedang dibangun di Cibinong, Bogor. 

2. Peneliti Indonesia yang di luar negeri enggan balik ke Tanah Air bila kondisi tak kondusif

Ilustrasi laboratorium (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Amin tak menampik bila sudah ada wacana untuk meminta kepada sejumlah peneliti Indonesia yang masih berkarier di luar negeri agar kembali ke Tanah Air. Wacana ini semakin kuat didengungkan ketika ada peneliti Indonesia yang ikut berkontribusi dalam pengembangan vaksin COVID-19 AstraZeneca. 

Bahkan, dalam satu sesi diskusi virtual, Menteri BUMN Erick Thohir pernah menawarkan agar salah satu peneliti Indonesia, Indra Rudiansyah, kembali ke Tanah Air usai memboyong gelar doktor PhD dari Universitas Oxford, Inggris. Namun, ajakan pulang itu justru diolok-olok oleh warganet di dunia maya. 

Amin pun tak menampik bila Indonesia membutuhkan talenta-talenta muda yang jenius untuk memimpin pengembangan vaksin. Namun, semuanya akan menjadi sia-sia bila kondisi di lapangan di Tanah Air tidak disiapkan lebih dulu. 

"Kalau kita mengundang ahli tapi lapangan bermainnya tidak cukup termasuk renumerasi, maka hal tersebut akan menentukan apakah yang bersangkutan bersedia kembali ke Indonesia atau tidak," kata Amin blak-blakan. 

Baca Juga: Lembaga Eijkman Dilebur dengan BRIN, 71 Staf Penelitinya Diberhentikan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya