TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PT Dirgantara Indonesia Siap Produksi 500 Unit Ventilator Buatan ITB

Vent-I diperuntukan pasien COVID-19 yang tidak kritis

Dok.Humas Jabar

Jakarta, IDN Times - Pasien COVID-19 yang mengalami kesulitan bernafas mendapatkan harapan baru. Sebab, produk ventilator yang dibuat oleh Institut Teknologi Bandung, Yayasan Salman ITB dan UNPAD sudah lolos uji Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan. Bahkan, PT Dirgantara Indonesia yang biasanya memproduksi pesawat terbang bersedia membantu untuk memproduksi massal ventilator yang diberi nama Vent-I itu. 

Dikutip dari situs resmi kampus ITB, ventilator itu diinisiasi pengembangannya oleh Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) dari Kelompok Keahlian Ketenagalistrikan ITB. Namun, dalam prosesnya ITB turut menggandeng pihak lain seperti Yayasan Salman ITB dan UNPAD. 

"Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih bisa bernafas sendiri (jika pasien COVID-19 pada gejala klinis tahap 2), bukan diperuntukan bagi pasien ICU. Vent-I diklaim dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis karena fokus memiliki fungsi utama yaitu CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)," demikian keterangan tertulis di situs resmi ITB yang dikutip pada Senin (27/4). 

Artinya, Vent-I hanya bisa digunakan pada pasien dengan kondisi kesehatan masih moderat. Bila sudah dalam kondisi kritis, maka tak dapat menggunakan Vent-I. 

Kendati begitu, kehadiran Vent-I disambut baik oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Melalui akun media sosialnya, dengan adanya Vent-I membuktikan alat bantu pernafasan bagi pasien COVID-19 tak selalu membutuhkan biaya yang tinggi. 

"Berita Gembira! Ventilator untuk pasien COVID-19 yang selama ini impor dan mahal sekitar Rp500 - Rp700 juta per unit, sekarang bisa turun menjadi hanya Rp10 juta - Rp15 juta per unit produksi," ungkap pria yang akrab disapa Kang Emil itu di media sosial pada (25/4) lalu. 

Mengapa harga ventilator buatan ITB itu bisa lebih murah?

Baca Juga: Pindad Siap Produksi Ventilator hingga APD untuk Lawan COVID-19

1. Harga Vent-I bisa lebih murah karena dibuat dari bahan-bahan sederhana

Dok.Humas Jabar

Vent-I bisa bernilai lebih murah karena dibuat dari benda-benda sederhana seperti rice cooker. Syarif mengatakan sejak awal ia tidak berniat untuk membuat alat-alat yang canggih tetapi hanya bisa diproduksi sedikit. 

"Tujuan kami adalah secara efektif membuat alat yang dapat diproduksi secara massal dan dapat dipergunakan secara massal. Artinya, kami secara sengaja memilih teknologi yang sederhana," ungkap Syarif seperti dikutip dari laman VOA Indonesia pada pekan lalu. 

Alat seperti rice cooker, kata dia, akan dimodifikasi untuk bisa menghasilkan pemanas udara suhu 37 derajat celcius agar bisa dihembuskan ke pasien COVID-19. 

2. Vent-I diproduksi untuk pasien COVID-19 yang belum masuk ke tahap kritis

Vent-I, ventilator buatan PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan ITB, Masjid Salman ITB & UNPAD (Instagram/@salmanitb)

Sementara, di akun media sosialnya, Yayasan Salman ITB menjelaskan Vent-I dibuat bagi pasien COVID-19 yang belum memasuki tahap kritis di ruang ICU. Tujuannya, agar kondisi pasien COVID-19 tidak semakin memburuk. 

Gubernur Ridwan Kamil yang mendengar konsep ventilator ini kemudian sangat tertarik. Kang Emil berharap besar produk Vent-I bisa diproduksi dalam jumlah banyak. Sebab, selama ini sudah kadung menyebar konsep yang dimaksud ventilator yang berada di ruang ICU senilai Rp500 juta - Rp700 juta. 

"Ridwan Kamil berharap Vent-I bisa mencukup kebutuhan Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan pada akhirnya ventilator ini bisa disebarkan untuk mencukupi kebutuhan di seluruh dunia," kata Kang Emil seperti dikutip di media sosial Yayasan Salman ITB. 

Baca Juga: Jokowi dan Trump Berkomunikasi Bahas Bantuan Ventilator untuk COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya