TNI AL Minta Nelayan Tak Perlu Takut terhadap Kapal Asing di Natuna
Enam kapal perang China sempat wara-wiri di ZEE Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - TNI Angkatan Laut meminta para nelayan setempat tak perlu takut ketika melihat kapal perang asing lalu-lalang di Laut Natuna Utara. Meski begitu, mereka kemudian meningkatkan jumlah kapal untuk melakukan patroli di area yang dianggap tumpang tindih dengan klaim sepihak China. Panglima Koarmada I Laksamana Muda Arsyad Abdullah menyebut mereka mengerahkan lima kapal TNI AL dan dibantu pemantauan dari udara.
"Posisi TNI AL sudah sangat jelas dalam melindungi kepentingan nasional sesuai dengan yurisdiksi Indonesia dan hukum baik hukum nasional dan internasional yang sudah diakui. Sehingga, kami tidak akan menoleransi pelanggaran apapun di Laut Natuna Utara," ujar Arsyad kepada jurnalis pada Jumat (17/9/2021).
Ia juga mengatakan peningkatan jumlah kapal untuk melakukan patroli sekaligus memberikan rasa aman kepada para nelayan setempat. Mereka sempat khawatir menangkap ikan lantaran melihat enam kapal perang China lalu-lalang di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara.
"Kami pastikan, kami rutin (melakukan patroli) untuk memberikan rasa aman bagi nelayan," kata dia lagi.
Sebelumnya, pada Kamis, 16 September 2021 lalu ia berkunjung ke perairan Natuna Utara. Tujuannya, memastikan kehadiran unsur TNI AL di daerah operasi.
Ia mengatakan sesuai dengan UU nomor 34 tahun 2004 mengenai TNI, TNI AL dalam hal ini Komando Armada Wilayah I harus melaksanakan tugas untuk melakukan pengamanan. Salah satunya di perairan Laut Natuna Utara.
"Maka, dalam mengamankan Laut Natuna Utara, dituntut kehadiran KRI selalu ada 1X24 jam di wilayah tersebut," ungkapnya.
Yang jadi permasalahan, ini bukan kali pertama kapal China melintasi ZEE di Laut Natuna Utara. Peristiwa serupa sempat terjadi pada awal Januari 2020 lalu.
Mengapa peristiwa ini kerap berulang?
Baca Juga: Nelayan Lokal Natuna Jadi Takut Melaut Sejak Ada Kapal Ikan Asing
1. China bolak-balik melintas di ZEE Laut Natuna Utara sebagai pesan mereka kuasai area itu
Sementara, dari sudut pandang Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, tidak ada masalah bila kapal perang Negeri Tirai Bambu wara-wiri di teritori ZEE Laut Natuna Utara. Selama, mereka tidak melakukan aktivitas militer. Sebab, ZEE adalah wilayah perairan internasional sehingga siapapun boleh melintas di sana.
Namun, ia menggaris bawahi Indonesia berhak memanfaatkan sumber daya alam yang terbenam di ZEE Laut Natuna Utara. Maka, nelayan lokal sebaiknya tetap melaut di sana.
TNI AL pun dalam catatan Hikmahanto boleh memasuki ZEE di Laut Natuna Utara. Hal itu memungkinkan dilakukan bila ditemukan ada kapal asing yang melakukan pencurian ikan.
"Mereka hadir dalam rangka menegakan hukum misalnya dengan menangkap ilegal fisher, itu dibolehkan di dalam undang-undang," kata Hikmahanto ketika dihubungi pada hari ini.
Namun, yang menjadi permasalahan, sikap China yang kerap bolak-balik di ZEE Laut Natuna Utara lantaran masih berkukuh area tersebut masuk ke dalam teritorinya. Hal itu sesuai dengan klaim sepihak China yang disebut "sembilan garis putus-putus."
"Sehingga, mereka ingin mengatakan bahwa kami menguasai area ini," tutur dia.
Maka, tak heran bila menimbulkan tanda tanya kapal perang China melintasi ZEE Laut Natuna Utara dalam rangka apa. Hikmahanto menduga karena ingin mengirimkan pesan area tersebut masuk ke dalam teritorinya.
Editor’s picks
Di sisi lain, ia sepakat dengan TNI AL agar para nelayan tidak perlu takut dan tetap melaut saja di Laut Natuna Utara. Lalu, di belakangnya dibantu diamankan dengan kehadiran kapal-kapal dari Badan Keamanan Laut (Bakamla).
"Karena Indonesia kan bergantung kepada para nelayannya. Pemerintah kan gak mungkin memancing, yang memancing ikan pasti nelayan kita. Kalau kemudian mereka ditangkap (oleh China) atas dasar apa, kan Indonesia mengakui ZEE," ungkap pria yang kini menjadi rektor di Universitas Jenderal A. Yani.
Baca Juga: Curhat Bakamla: Kapal China Ganggu Tambang Minyak RI di Laut Natuna