TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2 Mei Hari Pendidikan Nasional: Sejarah dan Ucapannya

Belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh, yuk!

Ki Hadjar Dewantara (Pranata (1959) Ki Hadjar Dewantara : Perintis perdjuangan kemerdekaan Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, p. 87)

Jakarta, IDN Times - Hari Pendidikan Nasional merupakan peringatan tahunan setiap tanggal 2 Mei. Hal ini tentunya tidak lepas dari sejarah dan tokoh yang mendahuluinya. Kamu pasti tidak asing dengan Ki Hajar Dewantara. Ia merupakan sosok yang sangat berjasa di dunia pendidikan.

Lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, berasal dari keluarga kraton Yogyakarta. Dengan perjuangannya itu, maka peringatan Hardiknas ditetapkan dalam Surat Keputusan Presiden RI No.305 tahun 1959.

Mari simak sejarah Hari Pendidikan Nasional dan ucapan yang bisa kamu sampaikan untuk turut merayakanya.

Baca Juga: Revisi UU Sisdiknas Harus Jadi Fondasi Baru Pendidikan Indonesia

Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Potret lembaga pendidikan Taman Siswa (kagama.co)

Sosok Ki Hajar Dewantara saat itu menamatkan sekolahnya di Sekolah Dasar Belanda dan kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi sayangnya karena sakit, beliau tidak bisa menamatkan sekolahnya. Selanjutnya ia menjadi wartawan di beberapa surat kabar, salah satunya adalah Midden Java.

Saat menjadi wartawan, Ki Hajar Dewantara membuat karya dalam bentuk tulisan yang berisi kritik mengenai pendidikan di Indonesia tapi hanya boleh dibaca oleh keturunan Belanda dan orang kaya. Karena tulisannya, ia disingkirkan ke Belanda.

Setelah kembali ke Indonesia pada 6 September 1919, ia mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Taman Siswa di Yogyakarta dan filosofinya menjadi sangat terkenal yaitu "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" yang memiliki arti "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan".

Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia di bawah pemerintahan Ir. Soekarno. Serta mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada 1957.

Sayangnya dua tahun setelah mendapatkan gelar, ia gugur pada 28 April 1959 di Yogyakarta. Dengan perjuangan dan keberaniannya beliau mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Didesak Benahi Sistem Pendidikan Lewat Presidensi G20 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya