Mendagri Tito: Apkasi Bukan Asosiasi Kaleng-Kaleng
Apkasi minta penghapusan tenaga honorer usai Pemilu 2024
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, mengimbau para bupati memanfaatkan forum rapat kerja nasional (rakernas) sebagai wadah untuk menyuarakan segala persoalan yang ada di daerah.
“Silakan sampaikan secara resmi, secara tertulis, apa yang menjadi keluhan di daerah. Termasuk berikan juga kami konsep atau ide-ide yang menarik untuk bisa dilakukan sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada publik,” ujar Tito, saat membuka secara resmi Rakernas Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) yang berlangsung di Bogor, Sabtu, 18 Juni 2022.
Pada kesempatan ini, Tito juga memberikan apresiasi atas digelarnya Rakernas XIV Apkasi 2022, sehingga bisa memberikan feed back positif kepada pemerintah pusat.
“Kami mengapresiasi langkah Apkasi menggelar rakernas, yang mana hal ini menunjukkan bahwa Apkasi ini bukan asosiasi yang dalam bahasa sehari-hari kita, bukan kaleng-kaleng. Apkasi memiliki banyak kegiatannya dan ada konsepnya," ujar dia.
"Saya titip betul karena Apkasi memiliki peranan penting bagi bangsa ini, karena ia adalah organisasi kepala daerah terbesar di Tanah Air. Sambil saya terus mendoakan, agar para bupati senantiasa diberikan kekuatan dan kesehatan, sehingga bisa menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik,” ujar Tito, melanjutkan.
Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Investasi di Daerah, BKPM Kerja Sama dengan APKASI
2. Mendagri ingatkan semangat otonomi daerah bukan untuk bagi-bagi daerah
Tito mengingatkan, semangat otonomi daerah bukan untuk bagi-bagi daerah, namun pembagian yang tujuan akhirnya yaitu kemandirian daerah secara finansial dengan diberikan kewenangan yang luas untuk mengelola.
“Kita kenal dengan istilah kewenangan yang konkuren, yang mutlak yang dalam ilmu pemerintahan umum kemudian kewenangan yang konkuren ini didelegasikan kepada daerah. Dengan harapan daerah-daerah ini ke depan bisa mengelola sehingga ia menjadi daerah yang mandiri secara fiskal,” ujar dia.
Lalu, daerah yang kuat secara finansial ditandai dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih tinggi, dibanding Transfer Keuangan Daerah dan Dana Desa (TKDD). Daerah dengan finansial menengah dan rendah, ditandai dengan kemampuan finansial yang komposisinya berimbang antara PAD dan TKDD atau sebaliknya.
“Contoh yang kuat finansialnya seperti Kabupaten Badung Bali, sehingga ia bisa membuat program apapun. Diakui belum banyak daerah yang bisa memenuhi kriteria ini, sehingga tentu harapannya ke depan akan muncul daerah-daerah lain yang kuat mandiri secara finansial,” kata Mendagri.
Baca Juga: Dukung Potensi Daerah, APKASI Siap ‘Lahirkan’ 416 Desa Wisata Baru