Sejarah Toleransi Masjid Lautze Mualafkan 2.000 Warga Tionghoa
Masjid Lautze memiliki bangunan berarsitektur khas Tionghoa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Masjid Lautze merupakan salah satu bangunan bersejarah yang berada di Jalan Lautze, Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Bangunan empat tingkat berarsitektur khas Tionghoa ini tak terlihat seperti masjid.
Dilihat dari warna dindingnya yaitu merah dan kuning, ditambah lagi aksesoris lampion yang menggantung, dan tidak ada kubah seperti masjid pada umumnya membuat bangunan ini lebih terlihat seperti kelenteng. Di dalamnya juga terdapat kaligrafi atau potongan ayat dengan 3 bahasa yaitu Indonesia, Arab, dan Mandarin.
1. Sejarah Masjid Lautze berawal dari ruko sewaan sebagai wadah informasi warga Tionghoa mengenal Islam
Berdirinya Yayasan Karim Oei dalam rangka ingin menyampaikan informasi Islam kepada warga Tionghoa ataupun orang-orang yang ingin mengetahui Islam. Humas Masjid Lautze Yusman Iriansyah mengatakan, awalnya masjid ini hanya 1 ruko sewaan yang kemudian pemilik ruko menawarkan yayasan untuk membeli ruko tersebut.
Kala itu pengurus belum mempunyai dana sehingga mencari donatur dan BJ Habibie yang membeli bangunan ini dan diberikan kepada yayasan.
“Berdirinya yayasan ini dalam rangka menyampaikan informasi Islam kepada orang yang ingin tahu Islam, bahkan mereka sudah punya niat ingin masuk Islam. Maka kita coba hadirkan ditengah-tengah mereka, tahun 1991. Waktu itu statusnya sewa, ruko biasa 1. Alhamdulillah pemilik rukonya menawarkan untuk dibeli nah ceritanya waktu itu pengurus belum punya dana, BJ Habibie lah yang membeli gedung ini dan diwakafkan ke yayasan. Tahun 1994 Pak Habibie meresmikan sebagai masjid,” kata Yusman saat ditemui IDN Times di Masjid Lautze, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Itikaf di Masjid Istiqlal, Kemewahan Tanpa Batas bagi Masyarakat Kecil