10 Kementerian Diduga Dibobol Hacker, Pemerintah Diminta Segera Cek
Hacker-nya diduga dari China bernama Mustang Panda Group
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Beredar informasi yang menyebutkan 10 kementerian atau lembaga di Tanah Air dibobol atau diretas oleh kelompok hacker dari China bernama Mustang Panda Group.
Kelompok Mustang Panda itu disebut membobol 10 kementerian atau lembaga menggunakan private ransomware (perangkat pemeras) bernama Thanos. Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC Pratama Persadha mengatakan, ransomeware ini dapat mengakses data dan credential login pada device (perangkat) PC, kemudian mengirimkannya ke command and control (CNC), bahkan hacker bisa mengontrol sistem operasi target.
"Private ransome Thanos mempunyai 43 konfigurasi yang berbeda untuk mengelabui firewall dan antivirus, sehingga sangat berbahaya," ujar Pratama Persadha, dikutip dari ANTARA, Minggu (12/9/2021).
Baca Juga: Kemenkes Pastikan Data e-HAC Aman dan Tidak Bocor
1. Kementerian/lembaga perlu segera cek sistem informasi, jaringan dan melakukan security assessment
Kendati demikian, Pratama mengatakan, informasi soal peretasan ini bisa saja baru klaim sepihak, sehingga perlu menunggu buktinya seperti pada kasus e-HAC Kemenkes beberapa waktu lalu.
Pratama menjelaskan, bila pelaku sudah membagikan bukti peretasannya seperti data dan biasanya upaya perusakan situs web (deface situs web), baru bisa disimpulkan kebenaran soal peretasan itu. Apalagi, 10 kementerian/lembaga mana saja yang diretas masih belum jelas.
Namun, bila ini spionase antarnegara, ujar dosen pascasarjana Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini, memang bukti akan lebih sulit untuk didapatkan karena motifnya bukan ekonomi maupun popularitas.
Terlepas dari itu semua, ujar Pratama, informasi ini tetap bagus sebagai trigger (pemicu) semua kementerian/lembaga pemerintah di Indonesia untuk mulai mengecek sistem informasi dan jaringannya.
"Lakukan security assessment di sistemnya masing-masing. Perkuat pertahanannya, upgrade sumber daya manusianya, dan buat tata kelola pengamanan siber yang baik di institusinya masing-masing," kata pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Baca Juga: Ahli Siber Nilai Bocornya Data e-HAC Bisa Ancam Keselamatan Warga