TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menyulap Kampung Jadi Desa Wisata Penggerak Ekonomi di Lombok Timur

Desa wisata sebagai ikon Lombok Timur

Desa Wisata Sembalun, Lombok Timur, NTB (IDN Times/Sunariyah)

Jakarta, IDN Times - Bak lukisan, ucapan itu langsung terbersit di kepala begitu melihat hamparan sawah bersusun dengan pohon padi menghijau seperti permadani. Di pinggirnya berderet pohon kelapa dengan daun menjulur tertiup angin. Nun jauh di atas sawah, terbentang kokoh Gunung Rinjani seolah mengawasi semua hal yang ada di bawahnya.

Alam persawahan dengan latar Gunung Rinjani ini merupakan pemandangan yang dapat dinikmati di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemandangan ini sekaligus menjadi ciri khas dan anugerah alam yang dimiliki kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Lombok.

Tak hanya alam pedesaan, Lombok Timur juga memiliki segudang pesona alam yang tak kalah menakjubkan. Di ujung paling timur kabupaten ini, berderet pantai-pantai dan gili-gili yang masih perawan. Salah satu kawasan yang cukup kesohor di masyarakat adalah kawasan Pantai Padak Guar. Pantai ini terletak di Kecamatan Sambelia, salah satu wilayah yang berada di kaki Rinjani sebelah timur. Pantai Padak Guar menjadi pintu masuk menuju gili-gili atau pulau kecil yang berderet di Selat Alas, selat yang memisahkan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Ada 5 gili yang terkenal di area ini yaitu Gili Kondo, Gili Bidara, Gili Petagan, Gili Lampu, dan Gili Kapal. Meski letaknya berdekatan, tapi kelima gili ini menawarkan pesona alam berbeda-beda, yang menjadi ciri khas masing-masing gili.

Gili Kapal misalnya. Gili ini berupa hamparan pasir putih berbentuk kapal di tengah laut. Gili ini hanya terlihat dan bisa didatangi jika air laut surut. Sedangkan Gili Petagan, berupa hutan mangrove di tengah laut. Pesona alamnya bisa dinikmati dari atas perahu yang mengitari lorong-lorong hutan mangrove seperti labirin.

Sementara Gili Kondo memiliki daratan yang lebih luas dibanding Gili Bidara. Di gili-gili ini kita bisa berenang, snorkeling, dan berendam di air laut yang bening dan tenang, menginjakkan kaki di pasir putih sambil menatap eksotisnya Gunung Rinjani di daratan Pulau Lombok. Kawasan 5 gili ini dikenal dengan pesona alam bawah lautnya, hingga menjadi salah satu spot snorkeling terbaik di Pulau Lombok.

Dengan pesona alam yang memanjakan mata, menyenangkan hati, dan menenangkan pikiran, kawasan ini pun berhasil menarik minat investor untuk membangun resort terapung mobile terunik di dunia.

Resort terapung itu rencananya akan dibangun di Gili Kapal, Gili Kondo, dan Gili Bidara. Disebut-sebut, salah satu investornya adalah mantan juara dunia Ultimate Fighting Championship (UFC) Khabib Nurmagomedov asal Rusia.

"Beliau (Khabib Nurmagomedov) akan membuat resort terapung yang bisa mobile. Ini memang agak unik di dunia," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Mohammad Rum di Mataram, Rabu 2 Maret 2022.

"Sekarang lagi mengajukan izin pemanfaatan tiga gili itu," lanjut Rum yang dikutip IDN Times regional NTB.

Baca Juga: 9 Desa Wisata di Lombok Dapat Bantuan dari Menteri Desa

Jerowaru, tetangga KEK Mandalika gaet investor dalam dan luar negeri

Gili Sunut di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, NTB (IDN Times/Sunariyah)

Kawasan gili di Kecamatan Sambelia itu bukan satu-satunya potensi alam yang menjadi andalan Kabupaten Lombok Timur dalam menjaring investasi. Kabupaten yang memiliki luas 2.679,88 kilometer persegi atau 33,8 persen dari wilayah Pulau Lombok ini, total memiliki 34 gili yang tersebar di ujung utara, timur, dan selatan wilayahnya.

Selain gili, Kabupaten Lombok Timur juga dianugerahi deretan pantai menawan, yang saat ini tengah dikembangkan untuk menarik kedatangan investor. Salah satu kawasan yang disebut sudah berhasil menggaet investor adalah Jerowaru. Jerowaru merupakan nama sebuah wilayah kecamatan yang terletak di ujung paling selatan Lombok Timur. Wilayah ini berdampingan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Seperti KEK Mandalika, di Jerowaru berderet pantai-pantai indah yang menjadi surga para pencinta wisata bahari. Di kawasan ini ada Pantai Pink, Gili Sunut, Gili Meringkik, Tanjung Bloam, Pantai Cemara, Pantai Kaliantan, Pantai Kura-kura, Pantai Surga, Ekas, dan masih banyak lagi. Bila terus disusuri lagi, para pelancong akan bertemu KEK Mandalika.

Menyuguhkan keindahan alam bahari yang tiada tara dan letaknya yang berdampingan dengan KEK Mandalika, kawasan Jerowaru yang dulunya merupakan kampung-kampung yang terisolasi, terus dibenahi dan disulap oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur untuk siap menerima investasi.

Sejumlah langkah telah dilakukan, antara lain memperbaiki infrastruktur seperti mengaspal dan memperhalus jalan-jalan hingga ke bibir pantai, menerangi semua pelosok desa dengan listrik, membangun berugak atau pesanggrahan untuk tempat beristirahat, membangun homestay tempat tamu menginap, menyelenggarakan event dan berbagai festival untuk promosi, meningkatkan sumber daya masyarakat, dan yang paling penting melibatkan masyarakat setempat melalui pengembangan ekonomi kreatif yang berlandaskan potensi alam dan kearifan lokal.

Dengan berbagai usaha yang telah dilakukan pemda menyiapkan Jerowaru sebagai daerah penunjang KEK Mandalika, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur Iswan Rachmadi kepada IDN Times, Minggu (19/6/2022) mengatakan, kawasan ini telah berhasil menarik minat konsorsium investasi asal Swedia bernama PT Eco Solution Lombok (ESL) untuk berinvestasi. Disebutkan, PT ESL akan membangun kawasan eko wisata di wilayah Jerowaru.

Saat ini, kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kabupaten Lombok Timur Achmad Dewanto Hadi, mereka tengah menyelesaikan masalah lahan dan telah mendatangkan konsultan mereka.

“Tunggu clean and claer dulu (masalah lahan),” ujar Dewanto saat dihubungi IDN Times, Selasa 22 Juni 2022.

Tak hanya konsorsium investasi dari luar negeri, kawasan Jerowaru juga berhasil menjaring investasi dari dalam negeri untuk membangun hotel. “Jaringan (hotel) Alila sudah masuk, (membangun) hotel bintang 4 atau 5. Kemarin sempat tertunda karena COVID-19,” lanjut Dewanto.

Menyulap Ekas, dari desa terpencil menjadi Desa Wisata Bahari Lobster

Desa Wisata Bahari Lobster Ekas di Kabupaten Lombok Timur (IDN Times/Sunariyah)

Pantai-pantai di wilayah Jerowaru memang memiliki pesona yang tak terbantahkan. Salah satunya Pantai Pink. Pantai ini memiliki pesona alam yang luar biasa. Selain pasirnya berwarna pink, bentuk bibir pantai ini melekuk seperti bulan sabit. Sementara pantai lainnya seperti Pantai Kaliantan merupakan tempat budidaya rumput laut. Di pantai ini juga rajin diselenggarakan pesta Bau Nyale, yang merupakan adat istiadat masyarakat setempat.

Meski banyak pantai dan gili di wilayah Jerowaru, tetapi mereka memiliki keunikan dan keunggulan masing-masing yang tak dimiliki daerah lain. Seperti Pantai Ekas. Kepala Dinas PMPTSP Achmad Dewanto menyebutkan, Ekas merupakan surganya para surfer atau peselancar. Di pantai ini, ombak ada sepanjang tahun dan bahkan lengkap dengan tiga kategori yaitu ombak untuk peselancar pemula, peselancar madya, dan peselancar ahli.

"Kawasan Ekas ini untuk surfing, berselancar. Ombak di tempat ini yang terbaik kedua di Indonesia setelah Mentawai," ujar Dewanto.

Tidak hanya menjadi surga bagi peselancar baik dari dalam maupun luar negeri, pantai-pantai di Ekas juga menjadi habitat berkembang biaknya lobster. Suburnya lobster di tempat ini, menjadikan nelayan-nelayan di Ekas menggantungkan hidup dari menangkap dan membibitkan benih lobster untuk di ekspor ke mancanegara.

Dengan berbagai potensi yang dimiliki, mulai dari keindahan alam hingga kekayaan yang ada di dalamnya, Pemda Lombok Timur terus mengembangkan Ekas sebagai salah satu destinasi wisata unggulan dan sumber potensi perikanan dan kelautan. Salah satu yang telah dilakukan yakni mencanangkan Ekas, yang dulunya merupakan desa terpencil, menjadi Desa Wisata Bahari Lobster.

Baca Juga: Dukung Potensi Daerah, APKASI Siap ‘Lahirkan’ 416 Desa Wisata Baru

Lahirnya desa-desa wisata sebagai pendongkrak investasi dan wisatawan

Desa Wisata Tete Batu di Kabupaten Lombok Timur (IDN Times/Sunariyah)

Selain mengembangkan kawasan wisata bahari untuk menggaet wisatawan dan investor, Kabupaten Lombok Timur yang dihuni 1.208.594 jiwa penduduk, juga mengembangkan kawasan pertanian dan perkebunan yang berada di area utara dan tengah wilayah Gumi Selaparang.

Salah satu inovasi yang dilakukan untuk mendatangkan banyak wisatawan sekaligus menarik investor di wilayah pegunungan dan persawahan adalah dengan melahirkan desa-desa wisata, yang bertumpu pada keindahan dan kekayaan alam, budaya, dan kearifan lokal.

Langkah ini dilakukan karena Pemkab Lombok Timur yang saat ini dipimpin oleh Bupati Sukiman Azmy, menyadari bahwa tren kunjungan wisatawan pada masa depan akan kembali ke desa atau back to nature, karena itulah pemkab terus menggiatkan semua desa agar berlomba-lomba melakukan inovasi dan mem-branding desanya sebagai desa wisata.

Bak gayung bersambut, apa yang diarahkan Pemkab disambut baik oleh masyarakat setempat. Kini, dari 239 desa yang ada di Lombok Timur (Lotim), 91 di antaranya telah berkembang menjadi desa wisata.

Awalnya pada 2018 hanya ada 25 desa wisata di kabupaten ini. Namun melihat keberhasilan dan dampak positif yang ditimbulkan, seperti berhasil menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, dan sukses meningkatkan taraf hidup warga, pada 2019 desa wisata bertambah 63, hingga total menjadi 88. Pada 2020 muncul lagi 2 desa wisata baru, dan kini di 2022, total telah ada 91 desa wisata.

Tidak asal menyebut diri sebagai desa wisata, 91 desa tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan juga telah mengantongi SK dari Bupati.

Pencapaian ini sesuai dengan harapan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), yang berkeinginan melahirkan 416 desa wisata baru di seluruh Tanah Air.

“Asumsi kami memiliki 416 pemerintah kabupaten selaku anggota Apkasi, dan ini yang akan kita dorong untuk minimal satu kabupaten melahirkan satu desa wisata baru,” ujar Direktur Eksekutif Apkasi Sarman Simanjorang dalam keterangan tertulis, Sabtu 23 April 2022.

Keberadaan desa-desa wisata tersebut terbukti mampu mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD), dan bahkan mampu bertahan di saat pandemik COVID-19 melanda dunia dan Indonesia selama 2 tahun terakhir.

Dikutip dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur 2021, PAD yang dikelola Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur terus tumbuh dari tahun ke tahun. Pada 2019, dari target Rp300.000.000 realisasi PAD Rp375.205.000. Pada 2020 saat COVID-19 melanda dunia, realisasi PAD tidak mencapai target namun tak merosot jauh dari pendapatan pada 2019. Dan pada 2021, realisasi PAD dari sektor pariwisata berhasil mencapai Rp380.741.000. Angka ini memang tidak sesuai target karena terganjal pandemik, tapi melampaui perolehan PAD 2019. 

Meski COVID-19 melanda, desa-desa wisata di Lotim terus bertahan dan bahkan tetap bisa mendatangkan wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara. Bahkan pada 2021, sebanyak 28.172 wisatawan Nusantara datang berkunjung ke Lotim, jauh melampaui target sebesar 17.000.

Mengemas budaya dan kehidupan sehari-hari warga jadi atraksi wisata

Bentuk promosi Desa Wisata Kembang Kuning, Lombok Timur (Dok. Desa Kembang Kuning)

Banyaknya desa wisata di Lombok Timur tidak lepas dari kondisi geografis alamnya yang lengkap, mulai dari pegunungan, laut, hingga persawahan dan perkebunan. Di area pegunungan terdapat air terjun, sungai dan lainnya.

Selain itu, juga karena getolnya pemerintah setempat untuk membina dan mendorong desa-desa memanfaatkan potensi alam mereka untuk pariwisata. Hal ini terlihat dari prestasi Lombok Timur yang dua kali meraih NTB Gemilang Award bidang pariwisata yakni pada 2019 dan 2022, sebagai Kabupaten Paling Progresif dalam Pembangunan Kepariwisataan. Tahun 2022 ini, Lotim berhasil menetapkan branding promosi pariwisata dengan istilah Pesona Gumi Selaparang (PGS). Tentunya, semua itu bisa berjalan juga karena adanya keinginan masyarakat untuk maju.

Di wilayah utara Lombok Timur, persis di lembah Gunung Rinjani, terdapat 6 desa yang kini semuanya telah menjadi desa wisata. Keenam desa itu adalah Sajang, Sembalun Lawang, Sembalun Bumbung, Bilok Pitung, Sembalun, dan Sembalun Timba Gading. Keenam desa ini merupakan kawasan agropolitan, karena menghasilkan produk-produk pertanian unggulan untuk ekspor.

Dengan keunggulan sebagai daerah pertanian yang subur, memiliki pemandangan alam dengan bukit-bukit menakjubkan yang mengapit Rinjani, serta menjadi jalur utama pendakian ke Gunung Rinjani, ke-6 desa ini telah sukses menjadi destinasi wisata unggulan yang mendatangkan banyak wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara.

Di desa-desa tersebut, kini telah banyak penginapan-penginapan dan fasilitas lainnya yang dibangun para investor untuk menunjang pariwisata di wilayah itu.

"Desa wisata kami kenalkan sebagai ikon Lombok Timur," ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Lombok Timur Muhammad Hairi kepada IDN Times, Selasa 21 Juni 2022.

Sebagai ikon, desa-desa wisata di Lombok Timur di-branding dengan diikutikan dalam berbagai kejuaraan baik tingkat provinsi, nasional, maupun internasional. Baru-baru ini, pada 2021 lalu, Desa Wisata Tete Batu yang berada di kaki Gunung Rinjani, tepatnya di Kecamatan Sikur yang bisa ditempuh 1 jam 18 menit dari Bandara Internasional Lombok, tembus sebagai kandidat desa wisata terbaik dunia yang diselenggarakan oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO), meski belum berhasil menjadi juara.

Tak hanya Desa Tete Batu, desa tetangganya, yang juga sama-sama berada di kaki Rinjani yakni Desa Kembang Kuning, telah mengantongi berbagai kejuaraan di tingkat provinsi maupun nasional.

Salah satu prestasi yang diraih Desa Wisata Kembang Kuning yakni menjadi juara 1 nasional Desa wisata kategori berkembang pada 2019, juara 1 lomba kampung sehat tingkat provinsi pada 2020, dan telah meraih sertifikat CHSE (Cleanlines Healthy Safety Environment). Kini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, telah menetapkan Kembang Kuning sebagai desa wisata kategori maju. Desa ini juga menjadi satu dari 23 desa yang ditetapkan sebagai desa anti korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Kepala Desa Kembang Kuning Lalu Sujian mengatakan, kemajuan yang diraih desanya tidak lepas dari dukungan dan peran masyarakat desa sendiri. Sebagai desa yang mengandalkan pemasukan dari wisata selain pertanian, Desa Kembang Kuning terus melakukan berbagai inovasi. Salah satunya mengemas budaya dan kehidupan masyarakat sehari-hari menjadi atraksi wisata.

"Kegiatan-kegiatan masyarakat di sawah seperti menanam atau panen padi kita buat menjadi paket wisata, kegiatan memetik kelapa, mengupas, hingga membuatnya menjadi minyak kelapa dengan cara tradisional, menggoreng kopi dengan cara tradisional yang disebut siong kopi kete, kehidupan sehari-hari warga, semuanya alami, ini yang kita tawarkan dan alhamdulillah tahun 2022 ini situasi sudah membaik, sudah banyak lagi tamu-tamu asing yang berdatangan," ujar Sujian saat dihubungi IDN Times, Kamis 23 Maret 2022.

"Kita menjual apa yang ada di desa, alami saja, tidak mengada-ada. Kita juga tidak membedakan perlakuan kepada turis domestik dan mancanegara. Kalau harga 1 paket wisata 100, ya harga itu juga berlaku untuk turis mancanegara, dan tidak kalah pentingnya adalah keramahtamahan," lanjut Sujian mengenai inovasi yang dilakukan desanya untuk menggaet wisatawan.

Dengan “menjual” keindahan alam desa berupa sawah terasering, hawa sejuk pegunungan, air terjun, hutan, yang dipadukan dengan budaya dan kearifan lokal, Kembang Kuning menjadi salah satu desa wisata yang banyak didatangi wisatawan Nusantara dan mancanegara.

Menurut Sujian, rata-rata dalam sehari 100 sampai 200 turis mancanegara berwisata di desa ini. Mereka menginap di rumah-rumah warga yang telah disulap sedemikan rupa, dengan tetap mempertahankan keasliannya.

"Tamu dari luar negeri rata-rata dari Eropa seperti Swiss, Belanda, Jerman, juga Australia," beber Sujian yang telah menjadi Kepala Desa kembang Kuning sejak 1996, saat ia masih berusia 24 tahun.

Meski telah punya branding sebagai desa wisata unggulan, Desa Kembang Kuning terus melakukan berbagai inovasi seperti menambah destinasi-destinasi yang bisa dikunjungi wisatawan. Tidak melulu mengandalkan alam, tapi juga membuat destinasi-destinasi tambahan seperti kolam renang, spot-spot foto untuk menggaet wisatawan dalam negeri, memperkenalkan kuliner atau makanan khas warga, dan juga hasil kerajinan lainnya. 

Tak kalah penting yang dilakukan adalah promosi lewat ruang digital, seperti media sosial dan platform lainnya. Sujian mengatakan, desanya telah lama menggunakan media sosial Facebook, Instagram dan juga bekerja sama dengan banyak platform seperti Traveloka dan booking.com untuk promosi.

Promosi melalui ruang digital bukan perkara sulit bagi Desa Kembang Kuning, karena desa ini telah lama menjadi desa digital. Sujian mengatakan, 80 persen wilayahnya telah dipasangi wifi atau internet dan semua masyarakat bisa memanfaatkannya secara gratis.

Upaya-upaya tersebut, lanjut Sujian, tak hanya berhasil menggaet banyak wisatawan, tapi juga mendatangkan banyak pihak untuk melakukan kerja sama dengan warga setempat, memajukan ekonomi masyarakat.

Baca Juga: Milenial Ujung Tombak Wisata di Desa Sembalun dan Tempos Lombok

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya