Desain Istana di IKN Dikritik, Bappenas: Akan Didiskusikan dengan Ahli
Bappenas sebut desain Istana Negara masih gagasan awal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Rudy Soeprihadi Prawiradinata mengatakan bahwa desain Istana Negara di ibu kota baru yang viral belakangan ini masih dalam tahap gagasan awal. Rudy mengatakan, Bappenas masih membuka peluang untuk berdiskusi dengan para ahli terkait desain tersebut.
“Desain Istana Negara Ibu Kota Negara baru yang berbentuk Garuda tersebut adalah rancangan biro arsitek Nuart yang dimiliki Nyoman Nuarta. Sepertinya desain tersebut merupakan gagasan awal yang dapat diperdalam dan didiskusikan bersama para ahli di bidang arsitektur dan perencana,” kata Rudy dalam keterangan tertulisnya, Kamis (1/4/2021).
Baca Juga: Filosofi Hingga Kritik Desain Istana Negara di Ibu Kota Baru
Baca Juga: Penajam Menunggu Pengesahan RUU dalam Kelanjutan Pembangunan IKN
1. Kritik para ahli sebut desain Garuda di Istana Negara tak mencirikan kemajuan peradaban
Sebelumnya, Menteri Bappenas Suharso Monoarfa dalam akun Instagram-nya, @suharsomonoarfa, beberapa hari lalu mengunggah sebuah video mengenai rancangan IKN di Kalimantan Timur. Dalam video tersebut, ditampilkan juga sebuah desain kemegahan Istana Negara dengan lambang patung Garuda raksasa.
Namun, bukannya menuai pujian, desain Istana Negara di IKN justru mendapatkan kritik dari lima asosiasi profesi. Kelima asosiasi itu adalah Asosiasi Profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP).
Dalam keterangan tertulis mereka, lambang Garuda dalam desain Istana Negara dinilai tidak mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital dengan visi yang berkemajuan, era bangunan emisi rendah dan pasca COVID-19 (new normal).
"Bangunan gedung Istana Negara seharusnya merefleksikan kemajuan peradaban/budaya, ekonomi dan komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan negara Indonesia dalam partisipasinya di dunia global," tulis rilis mereka.
Kelima asosiasi itu juga mengatakan bahwa gedung Istana Negara seharusnya menjadi contoh bangunan yang secara teknis sudah mencirikan prinsip pembangunan rendah karbon dan cerdas sejak perancangan, konstruksi hingga pemeliharaan gedungnya.
Oleh karena itu, atas kritik yang mereka sampaikan, kelima asosiasi ini merekomendasikan agar Istana versi burung Garuda disesuaikan menjadi monumen atau tugu yang menjadi tengaran (landmark) pada posisi strategis tertentu di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dan dilepaskan dari fungsi bangunan istana.
"Mengusulkan desain bangunan gedung Istana agar disayembarakan dengan prinsip dan ketentuan desain yang sudah disepakati dalam hal perancangan kawasan maupun tata ruangnya, termasuk target menjadi model bangunan sehat beremisi nol," tutur mereka.
Baca Juga: IKN Menjadi Magnet Investasi, RPJMD Kaltim Bakal Direvisi