TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menkes: Tidak Ada Jaminan SARS-CoV-3 dan 4 Tidak Akan Muncul

Pemerintah fokus 6 transformasi agar sektor kesehatan siap

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan saat ini Indonesia tengah dilanda pandemik SARS-CoV-2 atau COVID-19. Budi menuturkan pandemik di Indonesia diprediksi akan berlangsung lama. Bahkan, kata dia, tidak ada yang bisa menjamin bahwa SARS-CoV-3 dan 4 tak akan muncul di masa mendatang.

Maka dari itu, pemerintah saat ini tengah mempersiapkan enam transformasi di sektor kesehatan. Transformasi ini dilakukan agar jika SARS-CoV-3 dan 4 datang, sektor kesehatan Indonesia sudah siap menghadapinya.

“Virus ini namanya virus SARS-CoV-2, artinya ada yang nomor satu itu keluar di Cina tahun 2002-2003. Kemudian 17 tahun kemudian ada SARS-CoV-2 yang lebih menular, tidak ada yang bisa menjamin bahwa SARS-CoV-3 dan SARS-CoV-4 tidak akan muncul,” kata Budi dalam keterangan persnya yang disiarkan langsung di kanal YouTube Perekonomian RI, Senin (16/8/2021).

“Mungkin akan muncul di zamannya kita, mungkin akan muncul di zamannya anak kita, atau mungkin akan muncul di zamannya cucu kita. Adalah tugas kita untuk mempersiapkan mereka,” lanjutnya.

Guna mempersiapkan itu, apa saja enam transformasi kesehatan yang disiapkan pemerintah?

Baca Juga: Turun Drastis, Anggaran PEN 2022 Hanya Rp321 Triliun

1. Pemerintah akan melakukan transformasi layanan primer dan sekunder

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Dok. Humas KPK)

Transformasi pertama, ujar Budi, yakni transformasi layanan primer. Hal ini guna memastikan bahwa layanan primer akan fokus menciptakan orang sehat dan buka menyembuhkan orang sakit. Lalu, transformasi yang kedua adalah layanan sekunder, di mana fasilitas kesehatan akan memberikan layanan terbaik secara merata.

“Fasilitas kesehatan kita bisa memberikan layanan yang terbaik dan standar di seluruh pelosok Nusantara. Bagi semua warga Indonesia, kaya, miskin, maupun di kota besar maupun kota kecil,” jelas Budi.

Baca Juga: Anggaran Kesehatan Lebih Kecil dari Infrastruktur di RAPBN 2022 

2. Sistem ketahanan kesehatan juga akan ditransformasikan

Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) memeriksa tempat tidur pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021) (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Kemudian, transformasi ketiga yakni melakukan transformasi sistem ketahanan kesehatan. Hal itu untuk memastikan apabila rantai produksi obat-obatan hingga alat kesehatan di Indonesia siap.

“Kita juga ingin memastikan bahwa sumber daya kesehatan kita ada yang sifatnya fix, ada yang sifatnya variabel. Sama seperti cadangan tentara kalau misalnya suatu negara menghadapi perang. Kita akan mempersiapkan tenaga cadangan kesehatan kalau perang terhadap virus ini masih terjadi kembali di masa mendatang,” terang Budi.

3. Pemerintah akan transformasi sistem pembiayaan kesehatan

Dua orang tenaga kesehatan beristirahat sejenak saat menunggu pasien di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum (RSU) Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Senin (14/6/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

Lalu, transformasi keempat yaitu sistem pembiayaan kesehatan. Budi mengatakan, anggaran untuk sektor kesehatan sebesar Rp490 triliun. Sehingga, pemerintah akan memastikan anggaran tersebut akan efisien untuk pembangunan sistem kesehatan.

“Bagaimana kita bisa memastikan bahwa uang yang dikeluarkan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, melalui BPJS. asuransi swasta, individu-individu itu benar-benar secara efektif dan efisien bisa menuju pada pembangunan sistem kesehatan yang paling baik dan efisien,” ucap dia.

Baca Juga: Sri Mulyani: COVID-19 Jadi Endemi Tahun Depan, Vaksin Harus Diperluas

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya