Bagaimana Kesan SBY Terhadap Sosok Sang Istri, Ani Yudhoyono?
Saat reformasi sempat terkaget-kaget
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – “Tidak pernah terbersit dalam pikiran, bahwa dalam rentang masa hidup, aku akan menjadi seorang Ibu Negara, mendampingi suami yang menjadi Presiden RI keenam. Semua terjadi begitu alamiah, mengikuti tapak langkah kakiku, selama mendampingi karier suami, SBY.”
Kalimat di atas adalah pembuka dalam biografi “Ani Yudhoyono, Kepak Sayap Putri Prajurit”, yang dituliskan oleh Alberthiene Endah.
Kristiani Herrawati atau kita kenal sebagai Ani Yudhoyono, menikah dengan Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 Juli 1976. Ani adalah putri dari Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhi Wibowo, tokoh militer yang berperan penting dalam penumpasan Gerakan 30 September 1965 dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (kini dikenal sebagai Kopassus).
Selama 43 tahun, Ani Yudhoyono mendampingi suami yang juga prajurit TNI, sampai menjadi Presiden RI keenam, selama dua periode. Sudah menjadi rahasia umum bahwa peran Ani sangat penting bagi karier politik SBY.
Setelah dirawat di National University Hospital, di Singapura beberapa bulan, Ani Yudhoyono mengembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu, 1 Juni 2019, Pukul 11.50 waktu setempat atau Pukul 10.50 WIB. Ani dikaruniai dua putra, meninggal dunia dalam usia 67 tahun, karena kanker darah.
Bagaimana kesan-kesan SBY tentang sang istri? Berikut kutipan dari buku di atas.
Baca Juga: [BREAKING] Ibu Ani Yudhoyono Meninggal Dunia di Singapura
Baca Juga: AHY: Ani Yudhoyono Figur Ibu yang Lengkap
1.Ani Yudhoyono perempuan yang tangguh
“Itu sudah terlihat dari kekuatan mentalnya sepanjang mendampingi saya ketika kami masih hidup di asrama tentara di awal pernikahan. Ia dengan kemampuan menyesuaikan diri yang luar biasa sanggup menjadi istri dan ibu yang tegar dalam berbagai perubahan situasi.
Ketika saya dinas ke Timor Timur selama dua setengah tahun, dia bisa mengikuti gaya hidup sangat sederhana dengan gaji seorang tentara. Ditinggal dinas dalam waktu lama dia bisa jalani. Risiko-risiko yang mendebarkan jika saya bertugas di medan tempur, dia hadapi dengan tabah.
Ani betul-betul meresapi dengan lekat dunia saya yang dinamis dan menguji ketahanan mental. Saya ingat ketika bertugas di Timor Timur dan harus bertempur di hutan-hutan dan pegunungan, pikiran saya kerap melayang pada Ani yang harus menguatkan hati anak-anak kami di Kota Dili, yang kala itu penuh ancaman.
Situasi yang sama sekali tidak mudah untuk kaum perempuan, tetapi Ani bisa menjalaninya dan tetap menghadiahkan senyum tabah ketika saya kembali. Bagi saya, Ani telah lulus dengan nilai sangat baik sebagai seorang istri dan ibu. Ia bukan saja berhasil mendukung saya, untuk bisa melaksanakan tugas-tugas dengan hati yang tenteram, tapi juga membangun karakter yang baik pada anak-anak. Dalam situasi sesulit apa pun, anak-anak kami selalu riang, bersemangat dan terus mendoakan ayahnya.”
Editor’s picks
Baca Juga: Ani Yudhoyono Berpulang, 10 Bukti Kesetiaan SBY Menemani Selama Sakit