TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sekilas Sejarah dan Makna Hari Raya Tri Suci Waisak

Tri Suci Waisak berasal dari tiga peristiwa penting

Perayaan Waisak di Candi Gumpung tahun 2019/IDN Times/Ramond EPU

Yogyakarta, IDN Times - Umat agama Buddha merayakan Hari Raya Tri Suci Waisak 2565 BE (Buddhist Era) yang jatuh pada Rabu 26 Mei 2021. 

Keputusan merayakan Tri Suci Waisak ini berawal dari keputusan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) di Sri Lanka pada 1950.

Dalam sejarahnya, nama Tri Suci Waisak menggambarkan tiga peristiwa penting bagi umat Buddha. Ketiga peristiwa itu terjadi pada bulan purnama Mei, namun sesekali jatuh pada akhir April atau awal Juni.

Ada banyak makna dan nasihat di balik perayaan Waisak, terutama tentang perjalanan spiritual Sidharta Gautama.

Baca Juga: Umat Buddha Semarang Rayakan Waisak saat Gerhana Bulan Total

1. Kelahiran Pangeran Sidharta Gautama

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Peristiwa penting pertama yang menjadi latar belakang perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak adalah kelahiran Pangeran Sidharta Gautama pada 623 SM di Taman Lumbini. Kini, Sidharta Gautama lebih dikenal sebagai Buddha Gautama, pendiri ajaran Buddha.

Berdasarkan catatan sejarah umat Buddha, Taman Lumbini yang terletak di Kapilavastu, perbatasan Nepal dan India, adalah tempat Ratu Mayadevi melahirkan Siddhartha Gautama.

Tempat ini diresmikan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia Unesco pada 1997, dan termasuk dalam empat tempat suci bagi umat Buddha selain Kushinagar, Bodh Gaya, dan Sarnath.

Baca Juga: Umat Buddha Diminta Rayakan Waisak di Rumah

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Kemudian peristiwa penting kedua yang disebutkan dalam Tri Suci Waisak adalah diangkatnya Pangeran Sidhartha menjadi Buddha Gautama, setelah mencapai penerangan agung pada usia 35 tahun.

Peristiwa ini terjadi saat Buddha Gautama melakukan pertapaan di Bodh Gaya pada 588 SM. Bodh Gaya merupakan nama sebuah kota di negara bagian Bihar, India.

2. Pangeran Sidharta menjadi Buddha Gautama setelah mencapai penerangan agung

Baca Juga: Renungan Waisak di Borobudur: Umat Manusia Tidak Mau Introspeksi Diri

3. Wafatnya Buddha Gautama

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Armoko

Sementara peristiwa penting yang ketiga adalah wafatnya Buddha Gautama pada usia 80 tahun, tepatnya pada 543 SM. Buddha Gautama wafat di Kusinara, yang kini disebut sebagai Kushinagar, sebuah kota di negara bagian Uttar Pradesh, India.

Di kota ini terdapat pusat ziarah Buddhis internasional yang selalu ramai dikunjungi, baik untuk keperluan ziarah maupun wisata.

Baca Juga: Kemenag Imbau Umat Buddha Rayakan Waisak 2.564 dari Rumah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya