Kreator Konten Generasi Z Berharap Digitalisasi di Pemilu 2024
Gen Z harap pemerintah di 2024 atasi masalah ketenagakerjaan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemilih muda diprediksi bakal mendominasi Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024 yang terdiri dari Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Legislatif (Pileg), hingga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Hal tersebut terdapat dalam hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang menyebut proporsi pemilih muda pada Pemilu 2024 diprediksi mendekati 60 persen atau sekitar 190 juta warga.
Adapun yang termasuk pemilih muda didefinisikan sebagai warga berusia 17 sampai 39 tahun. Merujuk dari data tersebut, yang dimaksud pemilih muda adalah generasi milenial dan Gen Z.
Sejumlah partai mulai melancarkan berbagai strategi politik untuk menggaet suara anak muda di Pemilu 2024, salah satunya melalui artis Kpop yang belakangan digemari anak muda di Tanah Air.
Lantas bagaimana pandangan dan harapan kreator konten dari generasi z terkait harapan di Pemilu Serentak 2024 mendatang?
Baca Juga: BNPT Sebut Gen Z dan Milenial Rentan Terpapar Radikalisme
Baca Juga: Kpopers Gen Z Ingin Presiden di 2024 Bisa Lanjutkan Program Jokowi
1. Gen z berharap ada gebrakan digitalisasi kontestasi politik
Kreator konten TikTok dan Instagram, Jocelyn Valencia (20) mengungkapkan harapannya pada kontestasi politik 2024. Sebagai generasi z, dia berharap pemilu bisa diimbangi dengan digitalisasi media. Sehingga edukasi dan informasi yang dihasilkan tidak membosankan. Jocelyn berharap terkait digitalisasi tersebut bisa dipersiapkan sejak dini.
"Saya sendiri apa yang diharapkan adalah konten mengenai digitalisasi jika memang ingin nanti di pesta demokrasi 2024, jika memang ingin memanfaatkan digitalisasi teknologi, itu yang menjadi konten penting, itu yang menjadi tugas bersama bahwa harus benar-benar dipersiapkan dengan baik sejak dini," ujar dia saat ditemui di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Jumat (9/12/2022).
Meski begitu, Jocelyn tak menutup kemungkinan bahwa digitalisasi tersebut memiliki dampak negatif jika tidak dipersiapkan dengan matang. Salah satunya, beredarnya informasi hoaks. Oleh sebab itu konten edukasi berbasis digital bisa jadi penangkal meruaknya fenomena berita bohong.
Editor’s picks
"Karena kalau kita berbicara mengenai digital, itu akan sangat mudah terombang-ambing, akan sangat mudah berubah, mungkin konten-konten yang memang mengedukasi. Selain edukasi politik adalah edukasi mengenai persiapan nanti menjelang 2024," tutur dia.
Baca Juga: Milenial Pencinta Alam Berharap Parpol Perbanyak Diskusi Jelang 2024