TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Politik Uang Marak Terjadi di Sistem Pemilu Proposional Terbuka

Proposional terbuka memungkinkan politisi bersaing ketat

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai politik transaksional cenderung marak terjadi pada sistem pemilihan umum (pemilu) proposional terbuka.

Terdapat dua jenis sistem di dalam pemilu proporsional, yakni sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup.

Sistem proporsional terbuka ialah sistem pemilu di mana pemilih memiih langsung wakil-wakil legislatifnya. Sementara, dalam sistem proporsional tertutup, pemilih hanya memilih partai politiknya saja.

Baca Juga: Prabowo Ikut Amini Pernyataan Jokowi Soal Jatah Pemilu 2024

Baca Juga: Survei: Mayoritas Publik Tak Setuju Pemilu Ditunda, Siap Pemilu 2024 

1. Sistem proporsional terbuka jadi salah satu faktor maraknya politik uang

ilustrasi transaksi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Kebijakan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan BRIN, Moch Nurhasim mengatakan, proposional terbuka cenderung membuka lebar peluang politik transaksional.

"Proposional terbuka sangat membuka potensi politik uang. Proposional terbuka salah satu faktor yang sebabkan kenapa kemudian transaksi politik itu sangat masif dan sangat marak," kata Nurhasim kepada IDN Times usai menghadiri acara diskusi di kawasan Jakarta Selatan, dikutip Senin (14/11/2022).

Baca Juga: BRIN: Jabatan Politik Tak Lepas dari Uang, Maju Pilkada Habiskan Rp30 M

2. Membuka lebar terjadinya kompetisi ketat antara politisi

Direktur Kebijakan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan, Moch Nurhasim (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Nurhasim menuturkan, sistem pemilihan tersebut menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat dalam menentukan pemenang. Sehingga para politikus yang maju sebagai calon legislatif (caleg) berlomba-lomba menggaet suara pemilih dengan berbagai cara.

"Jadi sistem pemilihan yang betul-betul terbuka penuh diserahkan kepada masyarakat secara luas dan metode penentuan calon pemenangnya di antaranya harus ke orang yang suaranya terbanyak. Maka orang harus berlomba-lomba memperoleh kursi meskipun nomor urutnya sepuluh atau berapa, tapi dia akan berjuang sekeras-kerasnya," tutur dia.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya