TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tolak Kenaikan Harga BBM, Buruh Gelar Demo Massal Awal September 

Aksi puluhan ribu buruh digelar serentak di 34 provinsi

Ilustrasi - Massa buruh melakukan demo menuntut kenaikan UMP 2022 pada Rabu (8/12/2021). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Jakarta, IDN Times - Partai Buruh bersama elemen serikat buruh, serikat petani, dan organisasi sipil memastikan akan menggelar demonstrasi pada awal September 2022. Mereka menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), termasuk gas elpiji.

Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan aksi tersebut bakal digelar serentak di seluruh provinsi dan dihadiri puluhan ribu buruh yang tergabung dari berbagai aliansi. Dia menuturkan ada beberapa alasan mengapa pihaknya menolak kenaikan harga BBM.

Baca Juga: Ribuan Buruh Demo DPR, Jumhur: Omnibus Law Sudah Banyak Makan Korban

Baca Juga: Luhut Sebut BBM Naik Minggu Depan, Mahasiswa Bereaksi: Hati-hati!

1. BBM naik akan meningkatkan inflasi

ilustrasi harga BBM (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Said, ada beberapa alasan pihaknya menolak kenaikan harga BBM. Pertama, kenaikan BBM akan meningkatkan inflansi secara tajam. Bahkan, dia memprediksi, inflansi bisa tembus di angka 6,5 persen yang tentunya akan berdampak pada daya beli rakyat kecil semakin terpuruk.

"Khususnya buruh pabrik yang selama tiga tahun tidak naik sudah menyebabkan daya beli turun 30 persen. Kalau BBM naik, bisa-bisa daya beli mereka turun hingga 50 persen," ujar dia dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/8/2022).

Baca Juga: Khawatir PHK Massal, Buruh Ancam Demo Besar Tolak Kenaikan Harga BBM

2. Buruh khawatir ada PHK massal akibat kenaikan harga BBM

Ilustrasi PHK. (IDN Times/Arief Rahmat)

Alasan kedua, kata Said, tingkat upah di kalangan buruh yang tidak naik juga akan berdampak pada banyaknya PHK akibat kenaikan harga barang. Hal tersebut karena perusahaan juga akan melakukan efisiensi akibat biaya energi yang meningkat.

Ketiga, Said menilai, tidak tepat membandingkan harga BBM di suatu negara dengan tidak melihat income per kapita.

"Kalau melihat income per kapita, Singapura sudah di atas 10 kali lipat dibandingkan dengan kita. Jadi perbandingannya tidak apple to apple. Tidak tepat membandingkan harga BBM, tetapi tidak melihat kemampuan daya beli masyarakat," kata dia.

Kemudian alasan keempat, Said menuturkan, naiknya harga BBM dengan alasan mendorong energi terbarukan adalah pemikiran yang salah, karena hal tersebut hanyalah akal-akalan pemerintah. Faktanya, kata dia, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih memanfaatkan energi konvensional seperti batu bara.

"Alasan kelima, Premium hampir sudah hilang di masyarakat, jadi andalan masyarakat itu Pertalite. Kami meminta pemerintah untuk memastikan tidak ada harga kenaikan BBM yang dipakai kelas bawah, pekerja, ojek online, petani, nelayan," katanya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya