TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kementan Tegaskan Mafia Bawang Putih Agar Tidak Semena-mena

Tahun lalu sudah di-blacklist 15 perusahaan importir bawang

ilustrasi bawang putih (unsplash.com/team voyas)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertanian (Kementan) gencar mengejar tanam bawang putih guna mencapai swasembada bahkan bisa ekspor. Tercatat, Indonesia pernah swasembada bawang putih tahun 1994, kebutuhan konsumsi mampu dipasok dari tanam 22 ribu hektare. 

"Namun seiring berjalannya waktu, impor semakin membanjir dan petani semakin enggan tanam, pada 2014 tinggal 1 ribuan hektare saja dan impornya 97 persen dari kebutuhan," demikian dikemukakan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan, Moh Ismail Wahab di Jakarta, Selasa (2/4/2019).

1. Kebutuhan bawang putih Indonesia tergantung dari impor

pexel

Selama waktu itu terjadi pembiaran, impor bawang putih sangat menggiurkan. 

"Untungnya triliunan, impor dari China sekitar 560 ribut ton dengan harga Rp5 ribu sampai Rp6 ribu per kg dan dijual ke pasaran Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per kg, bahkan pernah 40 sampai Rp60 ribu per kg," terangnya.

Oleh karena itu, Ismail menyebutkan Importir meraup untung dan semena-mena merugikan rakyat. Padahal Indonesia memiliki potensi lahan 600 ribu hektare tersebar di 110 kabupaten cocok untuk tanam bawang putih dan untuk swasembada hanya butuh 69 ribu hektare saja.

2. Kementan gencarkan program tanam bawang putih dari APBN maupun wajib tanam 5 persen dari importir

peakpx.com

Kementan melaksanakan dengan ketat, sehingga hasilnya tanam naik tajam pada 2018 mencapai 11 ribu hektare atau naik 1.100 persen dari 2014.

"Hasil panen bawang putih yang tanam 2018 seluruhnya diproses dijadikan benih dan akan ditanam lagi pada 2019 seluas 20 ribu sampai 30 ribu hektare," tuturnya.

Selanjutnya, kata Ismail, akan ditanam lagi pada tahun 2020 luasnya mencapai 70 sampai 90 ribu hektare hingga swasembada pada akhir 2021. Dengan begitu, Kementan kejar dari 23 tahun tergantung impor menjadi swasembada pada beberapa tahun ke depan, bahkan bisa ekspor.

"Jadi, pengamat jangan berkoar koar bila tidak mengerti masalah sesungguhnya atau bisa jadi mereka berafiliasi Mafia. Memang tidak mudah mengejar target tanam. Kami kerja keras, wajib tanam importir kami pantau ketat," tegasnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya