3 Pandemik Terbesar di Dunia dengan Kematian Tertinggi Dalam Sejarah

Pandemik pertama kali melanda dunia pada tahun 1347

Jakarta, IDN Times – Kasus aktif COVID-19 secara global masih terus terdeteksi. Melansir Worldometer, hingga Kamis (11/11/2021), masih ada 18.847.234 kasus COVID-19 aktif di dunia. 

Sampai saat ini, tercatat 252.083.716 orang di dunia yang terpapar virus yang diketahui berawal dari China ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 juta di antaranya meninggal dunia dan lebih dari 228,1 juta orang berhasil sembuh.

Tidak hanya COVID-19, berikut adalah tiga pandemik dari wabah penyakit dengan kematian tertinggi dalam sejarah. 

1. Flu Spanyol

3 Pandemik Terbesar di Dunia dengan Kematian Tertinggi Dalam Sejarahilustrasi flu Spanyol (health.mil)

Melansir dari laman resmi dinas kesehatan kabupaten Sarolangun dinkes.sarolangunkab.go.id. Penyakit ini disebabkan oleh virus Influenza A subtipe H1N1 dan memiliki tingkat kematian tinggi.

Pandemi Flu Spanyol terjadi dari Maret 1918 sampai Juni 1920, menyebar sampai ke Arktik dan kepulauan Pasifik. Belum ada penelitian baru terhadap penyakit tersebut kemungkinan besar penyakit influenza berasal dari burung.

Melansir dari laman resmi covid19.go.id, flu Spanyol ini bermula dari Kansas, Amerika Serikat yang menyebar melalui mobilisasi tentara pada perang dunia pertama.

Diperkirakan wabah flu spayol ini menewaskan 50 juta secara global. Di Indonesia sendiri, korban dari flu spayol mencapai 1,5 sampai 4,37 juta jiwa hanya di Pulau Jawa dan Sumatra. Tidak ada vaksin dan tidak ada antibiotik untuk mengobati infeksi sekunder. Sehingga virus tersebut hilang dengan sendirinya.

Baca Juga: 2032 Nakes Gugur di Tengah Pandemik Bertepatan pada Hari Pahlawan 

2. Small Pox atau Cacar

3 Pandemik Terbesar di Dunia dengan Kematian Tertinggi Dalam Sejarahilustrasi sampel virus cacar (abcnews.com)

Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention cdc.gov. Penyakit Small Pox atau lebih dikenal dengan cacar diperkirakan muncul pada 1520 dan dieradikasikan pada 1980. Wabah penyakit ini adalah penyakit yang mengerikan. Rata-rata, 3 dari setiap 10 orang yang mengalaminya meninggal dunia. 

Penyakit ini diduga berasal dari Mesir dengan moda penyebaran yang tidak diketahui secara pasti. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Variola. Orang yang terkena penyakit ini mengalami demam dan ruam pada kulit. Orang yang selamat biasanya memiliki bekas luka, yang terkadang parah.

Pada 1976, dasar vaksinasi dimulai ketika dokter Inggris Edward Jenner memperhatikan bahwa pemerah susu yang terkena cacar sapi terlindungi dari cacar dan menduga bahwa paparan cacar sapi dapat digunakan untuk melindungi dari cacar.

Pada 1966 sampai 1980 WHO melakukan program eradikasi dengan cara melakukan vaksinasi massal, Tracing kasus dan kontak erat untuk memutus transmisi, serta program surveillans untuk memantau virus dan status imunitas.

3. Black Death atau maut hitam

3 Pandemik Terbesar di Dunia dengan Kematian Tertinggi Dalam SejarahKeadaan kota Marseille (Prancis) pada masa Maut Hitam (Black Death) tahun 1720. Wikimedia Commons (Michel Serre)

Melansir dari Science Moseum sciencemuseum.org.uk. Pandemik Black Death tercatat sebagai pandemik pertama di dunia yang terjadi sekitar tahun 1347 sampai 1351. Penyebaran wabah penyakit ini melalui jalur Sutra dari Stepa Asia Tengah, melalui Krimea, ke sebagian besar Eropa Barat, Timur Tengah dan Afrika Utara.

Akibat dari wabah ini diperkirakan memakan korban kurang lebih 200 juta orang di seluruh dunia, tingginya kematian disebabkan oleh belum ada seorang yang tahu cara mengatasinya.

Nama Black Death dianggap berasal dari gejala dari penyakit ini, yang disebut acral necrosis, di mana kulit penderita menjadi menghitam karena pendarahan subdermal.

Catatan sejarah telah membuat sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa akibat dari pandemik ini adalah suatu serangan wabah bubonik yang disebabkan bakteri Yersinia pestis dan disebarkan oleh lalat, tikus rumah dan kelelawar.

Akhirnya wabah ini ditangani dengan memberikan sebuah antibiotik sehingga dapat menurunkan angka kematian dari 70 persen menjadi 11 persen.

Baca Juga: [LINIMASA-8] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya