Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Kata Fresh Graduate soal Sulitnya Dapat Kerja?

Ilustrasi terlalu idealis (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi terlalu idealis (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Banyak fresh graduate yang memiliki kualifikasi, namun standar yang ada di bayangan mereka tidak sesuai dengan syarat perusahaan atau kebutuhan pasar.
  • Tidak mau menerapkan disiplin ilmu lain meski sudah memasuki usia masuk kerja.

Jakarta, IDN Times - Banyak mahasiswa tingkat akhir memiliki kekhawatiran dalam menghadapi dunia kerja, seperti sulit mendapat pekerjaan.

Melihat banyak fresh graduate yang terjebak di tengah standar ideal mereka dengan kenyataan di dunia kerja, tidak heran jumlah lulusan baru yang masih menganggur terus meningkat.

Berdasarkan pemaparan dari beberapa mahasiswa, tidak sedikit yang menganggap lumrah fenomena "banting setir" setelah lulus. Standar ideal mereka adalah mendapat pekerjaan sesuai dengan apa yang sudah mereka pelajari selama kuliah.

1. Kualifikasi fresh graduate yang tidak sesuai dengan syarat beberapa perusahaan

ilustrasi fresh graduate (pexels.com/Resume Genius)
ilustrasi fresh graduate (pexels.com/Resume Genius)

Salah satu mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran (Unpad), Yesi Humairah Rahmani (20), mengungkapkan kekhawatirannya akan persaingan antara sumber daya manusia (SDM) yang tersedia dengan kebutuhan pasar saat ini.

"Sebenarnya mungkin banyak faktor juga, sih yang menjadikan itu sebagai alasan. Kadang mungkin juga dari syarat perusahaan-perusahaan yang mungkin sulit, ya, untuk diterima. Kayak harus ada pengalaman kerja, sedangkan mungkin sebagai lulusan baru, kita apa pengalaman kerjanya? Belum ada," ujar Yesi kepada IDN Times, Senin (14/7/2025).

Yesi mengatakan, peluang yang ada sering kali tidak sesuai dengan kualifikasi yang para fresh graduate miliki.

"Tapi, karena mungkin dilihat dari pendidikannya, itu bisa diutamain orang-orang yang mungkin udah lebih banyak belajar di bidang itu, jadi, itu bisa lebih sulit juga," lanjutnya.

"Atau, bisa juga kadang mungkin dari pribadinya yang belum bisa untuk bersaing lah dengan orang-orang lain yang juga ingin bekerja di bidang tersebut," ujar dia.

2. Tidak mau menerapkan disiplin ilmu lain meski sudah memasuki usia masuk kerja

ilustrasi malas berubah (unsplash.com/gaspar zaldo)
ilustrasi malas berubah (unsplash.com/gaspar zaldo)

Persaingan yang begitu ketat di dunia kerja tentu berbanding terbalik dengan idealis yang dibangun di masa kuliah. Hal ini mengharuskan beberapa orang mau mempelajari disiplin ilmu lain di luar bidang studinya.

Jessaya Paullo (21), mahasiswa Arsitektur di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), mengakui pentingnya keluar dari zona nyaman untuk beradaptasi dengan dunia nyata.

"Jadi, kalau menurut saya sih sebenarnya tidak apa-apa untuk lulus dengan certain degree, lalu kerja di bidang yang kita sendiri gak invest in," ujar Paullo.

"Kalau menurut saya, banyak senior kita yang udah kerja gitu pun sudah memiliki tempat yang lumayan comfortable. Bahkan mereka itu mengatakan sebenarnya gak apa-apa kalau nanti itu kerja beda jurusan karena ada guru saya yang lulusnya dari Teknik Perikanan, cuma tiba-tiba kerja jadi guru. Nah, pas kerja jadi guru, tiba-tiba jadi salah satu representatif Cambridge di Indonesia," lanjut dia.

Hal senada disampaikan Christian Marcell Ozora (21), mahasiswa Manajemen di Universitas Komputer Indonesia. Dia menyoroti pentingnya kemauan dari mahasiswa tersebut dalam menghadapi dunia kerja.

"Itu menjadi PR buat mahasiswanya sendiri, gitu, untuk individu masing-masing si mahasiswanya ini untuk mencari apa minat mereka atau bagaimana mereka akan mencari pekerjaan atau mereka akan bekerja di bidang apa," ujar Chris.

3. Pemahaman akses mendapat pekerjaan harus dimulai dari pemerintah

Ilustrasi pemerintah (freepik.com/wirestock)
Ilustrasi pemerintah (freepik.com/wirestock)

Dari banyaknya faktor peningkatan fresh graduate yang masih menganggur, Jericho Masyiakh Metiary (22), mahasiswa Sosiologi di Universitas Padjadjaran, justru meminta peran pemerintah dalam menghadapi permasalahan ini.

"Nah, kalau misalnya kita bicara soal pekerjaan, itu kan menyangkut berbagai macam aspek gitu, dari psiklogi, terus menyangkut dari pendidikan, yang sebenarnya semuanya itu merupakan kewajiban pemerintah kita untuk mencukupi segala kebutuhan dasar kita, untuk kita mendapatkan pekerjaan, gitu," ujar dia.

"Tapi, kondisi yang terjadi saat ini, sayangnya pemerintah tidak bisa memberikan akses tersebut secara merata bagi seluruh masyarakat Indonesia, gitu, yang pada akhirnya ini menjadi sulit bagi mereka. Ketika mereka sudah seharusnya mendapatkan pekerjaan, memasuki usia kerja, mereka malah tidak mendapatkan kesempatan tersebut. Bahkan, mereka tidak tahu apa yang menjadi arah kehidupan mereka. Jadi negara harus bisa menyediakan apa yang menjadi kebutuhan para rakyatnya," ujar Jericho.

WhatsApp Image 2025-07-17 at 11.18.12.jpeg
Infografis Fresh Graduate sulitnya dapat kerja (IDN Times/Mohamad Rakan)
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us