Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Founder dan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah/IDN Times Dini Suciatiningrum
Founder dan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah/IDN Times Dini Suciatiningrum

Jakarta, IDN Times - Founder dan CEO PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah, mengatakan indikasi Pemilu 2024 jadi peristiwa yang mengkhawatirkan publik sudah terdeteksi sejak awal. Puncaknya, saat praktik nepotisme terjadi dan publik dipaksa menerima hal tersebut 

Untuk itu, aplikasi Warga Jaga Suara hadir untuk menjaga suara seluruh pemilih dan mengawasi praktik kecurangan. 

"Indikasi sejak awal 2024 jadi pemilu yang mengkhawatirkan, tetapi puncaknya ketika praktik nepotisme terjadi amat sangat terang benderang, publik kita dipaksa menerima. Baik kita terima tetapi perlawanan tidak boleh di hentikan," ujar Eep di Jakarta Pusat, Jumat (9/2/2024).

1. Relawan muda bangun aplikasi secara senyap

Ilustrasi aplikasi Warga Jaga Suara /IDN Times Dini Suciatiningrum

Bak gayung bersambut, sejumlah relawan anak muda pada 15 Januari 2024 membangun aplikasi Warga Jaga Suara yang sebelumnya bernama Indonesia memilih yang dibuat secara senyap.

Eep menerangkan aplikasi sudah di-launching pada 27 Januari 2024 dan bisa langsung di-download di Google Play Store.

"Sampai akhirnya kami memutuskan, jika nanti sudah mencapai 100 ribu lebih downloader, maka kami akan membuat laporan publik yang pertama sekaligus untuk mengumumkan gerakan ini secara luas, dan meminta sebanyak mungkin orang untuk terlibat, itulah sebabnya kita ada di sini," katanya.

2. Aplikasi Warga Jaga Suara tidak gantikan KPU

Salah satu TPS di Tabanan (Dok.IDNTimes/KPU Tabanan)

Sampai Rabu (7/2/2024), jumlah pengunduh aplikasi Warga Jaga Suara sudah mencapai 120 ribu orang. Menurutnya, angka tersebut masih jauh dari target yang sesuai dengan jumlah TPS di Indonesia yakni 823.220 TPS.

"Dengan begitu, Warga Jaga Suara akan menjadi penghitung cepat yang berjalan bersamaan dengan hitung cepat yang resmi dilakukan oleh KPU," katanya.

"Ini bukan untuk menggantikan KPU tentu saja, tetapi ini untuk melibatkan seluruh pemilih bukan hanya untuk memilih tetapi juga untuk menjaga suara mereka, itulah tujuan asasinya sejak awal," paparnya.

3. Masyarakat diminta kawal Pemilu secara aktif

Kornas Warga Jaga Suara Hendra Wijaya/IDN Times Dini Suciatiningrum

Koordinator Nasional (KorNas) Warga Jaga Suara Hendra Wijaya mengakui banyak hal janggal yang ditemukan di lapangan, meski demikian banyak orang baik juga yang akan mempertahankan Indonesia.

Hendra mengatakan dasar Pemilu ada tiga unsur yakni, penyelenggara KPU, Bawaslu sampai tingkat daerah, dan Paslon nomor urut 1 sampai 3.

"Dalam kontestasi pemilu adalah kesadaran masyarakat untuk jadi bagian aktif untuk kawal pemilu ini jadi poin ini jadi keterlibatan warga dalam bentuk aplikasi Warga Jaga Suara yang bisa diunduh di Playstore di Android, untuk IOS atau Apple pakai website," katanya.

Editorial Team